Metode Berteologia.
Berbicara tentang
metode teologia berarti berkaitan dengan pembicaraan tentang sesuatu yang
normatif (atau tidak) didalam teologia. Ada beberapa prinsip teologia :
-
Kalangan Injili, termasuk juga Lutheran dan sebagian
Pantekosta, umumnya menerima Alkitab sebagai satu-satunya patokan normatif yang
mempunyai wewenang tertinggi bagi iman dan kehidupan.
-
Kalangan Liberal dan Neo-Ortodoks tidak memiliki pegangan
yang sama dengan kaum Injili. Mereke umumnya menganggap bahwa simbol-simbol
atau mitos-mitos dari Alkitab adalah patokan normatif bagi teologia Kristen.
Beberapa
usulan metode berteologia dari kalangan Injili dan bukan Injili :
A.
Metode Teolgia Charles Hodge.
Bagi Hodge, dalam setiap ilmu terdapat dua faktor:
fakta-fakta dan pikiran. ada 4 hal pemikiran hodge :
Pertama, menurutnya,
pikiran manusia tidak bisa tidakakan mensistematiskan dan mempertemukan
fakta-fakta yang benar satu dengan yang
lainnya.
Kedua, dengan menghubungkan
fakta satu dengan yang lainnya, kita akan memperoleh suatu jenis pengetahuan
yang lebih tinggi tingkatannya dati pada hanya mengumpulkan fakta-fakta yang
ada.
Ketiga, fakta-fakta dari
Wahyu Allah harus ditempatkan dalam suatu kerangka susunan yang sistematis dan
yang mempunyai hubungan yang mutual, karena dengan demikian kita dapat
memaparkan kebenaran dengan objektif serta menyajikan fakta-fakt tersebut secar
meyakinkan ke dalam pikiran manusia.
Keempat, menurut Hodge
aapabila butir-butir di atas disajikan sedemikian rupa, maka itu adalah kehendak
dari sang pencipta.
B.
Metode Teologia Karl Barth.
Karl Bart (1886-1968) adalah seorang teolog yang besar
abad ini. Barth juga memiliki pandangan yang tinggi tentang Allah, di mana ia
menekankan kedaulatan-Nya dan transendensi-Nya. Ia menekankan sentralitas dari
Kristus dalam semua Kitab Suci jelas merupakan sesuatu yang berharga.
Beberapa kekurangan dari teologi Barth perlu diperhatikan. Ia menyangkali inspirasi dan ineransi dari Alkitab dan mempertahankan pandangan liberal tentang kritik tinggi. Ia juga menyangkali kemungkinan untuk menyatakan kebenaran proposisional. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa Alkitab bukan Firman Allah sampai itu menjadi demikian bagi individu; dengan kata lain, Barth menekankan subjektifitas dalam pendekatannya pada Alkitab. Barth juga menolak wahyu umum, padahal diakui oleh Kitab Suci (Mazmur 19:1-6; Roma 1 :18-21). Barth juga merancukan antara pewahyuan dan iluminasi.
Beberapa kekurangan dari teologi Barth perlu diperhatikan. Ia menyangkali inspirasi dan ineransi dari Alkitab dan mempertahankan pandangan liberal tentang kritik tinggi. Ia juga menyangkali kemungkinan untuk menyatakan kebenaran proposisional. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa Alkitab bukan Firman Allah sampai itu menjadi demikian bagi individu; dengan kata lain, Barth menekankan subjektifitas dalam pendekatannya pada Alkitab. Barth juga menolak wahyu umum, padahal diakui oleh Kitab Suci (Mazmur 19:1-6; Roma 1 :18-21). Barth juga merancukan antara pewahyuan dan iluminasi.
C.
Metode Teologia Thomas F Torrance.
T.F. Torrance memaparkan bahwa yang diyakininya sebagai
sains bukanlah epistemologi yang berdiri sendiri, melainkan suatu epistemologi
yang terbuka. dengan kata lain, ilmu adalah suatu keterbukan terhadap objeknya;
dan ia terbentuk karena rasio manusia beroperasi terhadap objek penelitiannya.
D.
Metode Teologia Paul Tillich.
Memiliki keyakinan bahwa teologia akan memberikan jawaban
bagi pertanyaan eksistetnsial manusia. Yang pertama menjauhkan diri dari
Supranaturalismenya fundalmentalisme serta naturalismenya Liberalisme. Kedua
menekankan pentingnya teologia yang “kerygmatis” yakni teologia yang
mengumandangkan “kebenaran berita (kerygma) yang tak dapat berubah terhadap
tuntutan-tuntutan situasi yang selalu berubah.
E.
Interpretasi Analitis sebagai Metode Berteologia.
Teologia adalah sebuah disiplin yang mengusahakan adanya
suatu pemaparan yang Koheren (menyatu, berkaitan, teratur dan logis) tentang
doktrin-doktrin iman Kristen dengan Landasan dasar adalah Alkitab.
Jadi teologia harus dibuat sedemikian rupa sehingga ia
menjadi biblikal, sistematik, kontekstual dan praktikal.
Maka teologia harus berhubungan dengan Interpretasi dan
harus dijabarkan secara berurutan :
1.
Perkiraan apa atau bagaimana ia mengamati dan menafsirkan
Alkitab.
2.
Materi dari Alkitab terkumpul dan terpadukan untuk
diteliti, dianalisis, apa yang hendak diajarkan sebenarnya.
3.
Meneliti latar belakang sejarah, konteks budaya, dan
penggunaan tata bahasa tertentu dari penulis Alkitab.
4.
Konsep Analogia Scriptura, Alkitab kan menjelaskan
Alkitab dan Alkitab secara keseluruhan mempunyai sistem yang saling melengkapi.
Bekasi, 23 Mei 2013
Karyadi M
Bekasi, 23 Mei 2013
Karyadi M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar