Kamis, 23 Mei 2013

Metode Berteologia 2


Metode Berteologia.

Berbicara tentang metode teologia berarti berkaitan dengan pembicaraan tentang sesuatu yang normatif (atau tidak) didalam teologia. Ada beberapa prinsip teologia :
-       Kalangan Injili, termasuk juga Lutheran dan sebagian Pantekosta, umumnya menerima Alkitab sebagai satu-satunya patokan normatif yang mempunyai wewenang tertinggi bagi iman dan kehidupan.
-       Kalangan Liberal dan Neo-Ortodoks tidak memiliki pegangan yang sama dengan kaum Injili. Mereke umumnya menganggap bahwa simbol-simbol atau mitos-mitos dari Alkitab adalah patokan normatif bagi teologia Kristen.

Beberapa usulan metode berteologia dari kalangan Injili dan bukan Injili :
A.   Metode Teolgia Charles Hodge.
Bagi Hodge, dalam setiap ilmu terdapat dua faktor: fakta-fakta dan pikiran. ada 4 hal pemikiran hodge :
Pertama, menurutnya, pikiran manusia tidak bisa tidakakan mensistematiskan dan mempertemukan fakta-fakta yang benar  satu dengan yang lainnya.
Kedua, dengan menghubungkan fakta satu dengan yang lainnya, kita akan memperoleh suatu jenis pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya dati pada hanya mengumpulkan fakta-fakta yang ada.
Ketiga, fakta-fakta dari Wahyu Allah harus ditempatkan dalam suatu kerangka susunan yang sistematis dan yang mempunyai hubungan yang mutual, karena dengan demikian kita dapat memaparkan kebenaran dengan objektif serta menyajikan fakta-fakt tersebut secar meyakinkan ke dalam pikiran manusia.
Keempat, menurut Hodge aapabila butir-butir di atas disajikan sedemikian rupa, maka itu adalah kehendak dari sang pencipta.

B.   Metode Teologia Karl Barth.
Karl Bart (1886-1968) adalah seorang teolog yang besar abad ini. Barth juga memiliki pandangan yang tinggi tentang Allah, di mana ia menekankan kedaulatan-Nya dan transendensi-Nya. Ia menekankan sentralitas dari Kristus dalam semua Kitab Suci jelas merupakan sesuatu yang berharga.
Beberapa kekurangan dari teologi Barth perlu diperhatikan. Ia menyangkali inspirasi dan ineransi dari Alkitab dan mempertahankan pandangan liberal tentang kritik tinggi. Ia juga menyangkali kemungkinan untuk menyatakan kebenaran proposisional. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa Alkitab bukan Firman Allah sampai itu menjadi demikian bagi individu; dengan kata lain, Barth menekankan subjektifitas dalam pendekatannya pada Alkitab. Barth juga menolak wahyu umum, padahal diakui oleh Kitab Suci (Mazmur 19:1-6; Roma 1 :18-21). Barth juga merancukan antara pewahyuan dan iluminasi.

C.   Metode Teologia Thomas F Torrance.
T.F. Torrance memaparkan bahwa yang diyakininya sebagai sains bukanlah epistemologi yang berdiri sendiri, melainkan suatu epistemologi yang terbuka. dengan kata lain, ilmu adalah suatu keterbukan terhadap objeknya; dan ia terbentuk karena rasio manusia beroperasi terhadap objek penelitiannya.

D.   Metode Teologia Paul Tillich.
Memiliki keyakinan bahwa teologia akan memberikan jawaban bagi pertanyaan eksistetnsial manusia. Yang pertama menjauhkan diri dari Supranaturalismenya fundalmentalisme serta naturalismenya Liberalisme. Kedua menekankan pentingnya teologia yang “kerygmatis” yakni teologia yang mengumandangkan “kebenaran berita (kerygma) yang tak dapat berubah terhadap tuntutan-tuntutan situasi yang selalu berubah.

E.   Interpretasi Analitis sebagai Metode Berteologia.
Teologia adalah sebuah disiplin yang mengusahakan adanya suatu pemaparan yang Koheren (menyatu, berkaitan, teratur dan logis) tentang doktrin-doktrin iman Kristen dengan Landasan dasar adalah Alkitab.
Jadi teologia harus dibuat sedemikian rupa sehingga ia menjadi biblikal, sistematik, kontekstual dan praktikal.

Maka teologia harus berhubungan dengan Interpretasi dan harus dijabarkan secara berurutan :
1.    Perkiraan apa atau bagaimana ia mengamati dan menafsirkan Alkitab.
2.    Materi dari Alkitab terkumpul dan terpadukan untuk diteliti, dianalisis, apa yang hendak diajarkan sebenarnya.
3.    Meneliti latar belakang sejarah, konteks budaya, dan penggunaan tata bahasa tertentu dari penulis Alkitab.
4.    Konsep Analogia Scriptura, Alkitab kan menjelaskan Alkitab dan Alkitab secara keseluruhan mempunyai sistem yang saling melengkapi.

Bekasi, 23 Mei 2013

Karyadi M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar