karyadim642.blogspot.com |
A. Istilah “ular” adalah Nakhash. Ini memiliki beberapa
kemungkinan etimologi:
1. Kal Stem - “mendesis”
2. Piel Stem - “berbisik” seperti dalam sihir atau peramalan
3. Dari 4:22 -“berkilau” kemungkinan berhubungan dengan istilah
“perunggu”
4. Dari akar bahasa Arab -“merayap”
B. Artikel definite nya adalah present yang menunjukkan seekor
ular tertentu atau wujud yang dipersonifikasikan.
C. Kehurufiahan dari ular didukung oleh:
1. Ini disebutkan hanya sebagai salah satu dari binatang di
padang yang Allah ciptakan.
2. Penghukumannya dalam 3:14 sebagai seekor binatang secara
hurufiah.
3. Ini secara khusus disinggung dalam PB, 2 Korintus 11:3 dan 1
Timotius 2:13-14.
D. Si ular secara khusus diidentifikasikan
dengan setan dalam:
1. buku “Hikmat”
antar perjanjian 2:23-24. “karena Allah menciptakan manusia untuk abadi; …. meskipun
demikian, melalui iri hati si iblis kematian datang ke dalam dunia.”
2. Irenaeus (sekitar
130-202 M)
3. Wahyu 12:9; 20:2
4.
Pengidentifikasian ini tidak hadir dari PL sendiri karena PL tidak
mendiskusikan Kejadian 3 sepanjang apapun. Ini bahkan tidak disebut ataupun
ditafsirkan dalam buku PL yang manapun.
E. Mengapa setan tidak secara khusus disebutkan – Penekanan dari
naskah ini ialah pada tanggung jawab manusia, bukan pada pencobaan yang adi
kodrati.
Dalam Roma 1-3 di mana keberdosaan manusia disajikan dan Roma 4-8
di mana pengaruhnya di catat, setan tidak pernah disebutkan.
1. PL tidak menyatakan suatu musuh besar dari kebaikan, namun
seorang hamba YHWH yang menawarkan kepada umat manusia suatu alternatif dan
menuduh manusia sebagai tidak benar.
2. Konsep dari musuh besar pribadi dari Allah berkembang dalam
tulisan-tulisan antar alkitab (bukan kanon) yang di bawah pengaruh agama Persia
(Zoroastrianisme). Hal ini, pada gilirannya, banyak sekali mempengaruhi
Yudaisme kerabian.
3. PB mengembangkan tema-tema PL ini secara mengejutkan dalam
bentuk yang kaku, namun terpilih, dan berkelompok.
Jika seseorang
mendekati kajian tentang kejahatan ini dari sudut pandang teologia alkitabiah
(tiap buku atau penulis atau jenis dipelajari dan di garis besarkan secara
terpisah), maka pandangan-pandangan yang sangat berbeda tentang kejahatan akan
terungkap.
Namun demikian, jika seseorang mendekati kajian
tentang kejahatan ini dari pendekatan agama-agama dunia atau agama-agama timur
yang tidak alkitabiah atau terlalu alkitabiah, maka kebanyakan pengembangan PB
dibayangi oleh dualisme Persia dan spiritisme Romawi-Yunani.
Jika seseorang secara pra-suposisi untuk mengikatkan diri kepada
otoritas Illahi Alkitab, maka pengembangan PB harus dilihat sebagai suatu
perwahyuan yang berkembang. Orang-orang Kristen harus berjaga terhadap sikap
membiarkan dongeng-dongeng Yahudi atau tulisan-tulisan barat (yaitu: Dante,
Milton) untuk mendefinisikan konsep alkitab. Sudah pasti akan ada suatu misteri
dan kemenduaan dalam bidang perwahyuan ini. Allah telah memilih untuk tidak
mengungkap semua aspek dari kejahatan, asalnya, maksudnya, namun Ia telah
mengungkapkan kekalahannya!
Dalam PL istilah setan atau penuduh sepertinya
berhubungan dengan tiga kelompok yang terpisah
1. Para penuduh manusia (1 Samuel 29:4; 2 Samuel 19:22; 1 Kings
11:14,23,25; Mazmur 109:6)
2. Para penuduh kemalaikatan (Bilangan 22:22-23; Zakharia 3:1)
3. Penuduh-penuduh iblis (1 Tawarikh 21:1; 2 Raja 22:21; Zakharia
13:2)
Hanya dikemudian hari dalam periode di antara
perjanjian si ular dari Kejadian 3 dikenali sebagai setan (cf. Kitab Hikmat
2:23-24; 2 Enoch 31:3), dan bahkan tidak sampai dikemudian hari hal ini menjadi
suatu pilihan kerabian (lih Sot 9b dan Sanh. 29a). “Anak Allah” dari Kejadian 6
menjadi malaikat dalam 1 Enoch 54:6. Saya menyebutkan hal ini, bukan untuk
menyatakan keakuratan teologisnya, namun untuk menunjukkan perkembangannya.
Dalam PB aktivitas PL ini menjadi ciri kejahatan yag dipersonifikasikan dalam bentuk
kemalaikatan, (yaitu setan) dalam 2 Korintus 11:3; Wahyu 12:9.
Asal dari kejahatan yang dipersonifikasikan ini
sukar atau tidak mungkin (tergantung dari sudut pandang anda) untuk ditentukan
dari PL. Satu alasan dari hal ini adalah monoteisme Israel yang kuat (lih. 1
Raja 22:20-22; Pengkhotbah 7:14; Yesaya 45:7; Amsal 3:6). Semua kausalitas
dihubungkan dengan YHWH untuk mempertunjukkan keunikan dan keutamaan-Nya (lih.
Yesaya 43:11; 44:6,8,24; 45:5-6,14,18,21,22).
Sumber-sumber dari kemungkinan informasi befokus
pada
(1) Ayub 1-2 di mana Satan adalah satu dari “anak-anak
Allah” (yaitu para malaikat) atau
(2) Yesaya 14; Yehehezkiel 28 di mana raja-raja
timur yang penuh keangkuhan (Babilonia dan Tirus) digunakan untuk melukiskan
keangkuhan setan (lih. 1 Timotius 3:6).
Saya memiliki perasaan yang bercampur mengenai pendekatan ini.
Yehezkiel menggunakan penggambaran Taman Eden bukan hanya bagi raja Tirus
sebagai setan (lih. Yehezkiel 28:12-16), namun juga bagi raja Mesir sebagai
Pohon Pengetahuan Baik dan Jahat (Yehezkiel 31). Namun demikian, Yesaya 14,
khususnya ay 12-14, sepertinya menjelaskan suatu pemberontakan kemalaikatan
melalui keangkuhan. Jika Allah ingin menyatakan pada kita sifat khas dan asal
dari setan hal ini adalah cara dan tempat yang sangat menyerong untuk
melakukannya. Kita harus berjaga terhadap trend dari teologia sistematik yang
mengambil bagian-bagian yang kecil dan mendua dari perjanjian-perjanjian, penulis,
kitab-kitab, dan jenis-jenis tulisan yang berbeda dan menggabungkannya sebagai
bagian-bagian dari satu puzzle Illahi.
Alfred Edersheim (Kehidupan dan Jaman Yesus Sang
Mesias, vol. 2, lampiran XIII [hal. 748-763] dan XVI [hal. 770-776]) mengatakan
bahwa Yudaisme Kerabian sangat berlebihan dipengaruhi oleh dualisme Persia dan spekulasi
keiblisan. Para rabi bukanlah sumber yang baik bagi kebenaran di bidang ini.
Yesus secara radikal menyimpang dari pengajaran dari Sinagoga. Saya kira konsep
kerabian mengenai perantaraan dan perlawanan kemalaikatan dalam pemberian hukum
Taurat kepada Musa di gunung Sinai membebuka pintu kepada konsep musuh besar
kemalaikatan dari YHWH dan juga umat manusia.
Ke dua allah yang tinggi dari faham dualism Iran
(Zoroastrian), Ahkiman dan Ormaza, baik dan jahat, dan dualisme ini berkembang
menjadi suatu dualism terbatas Yudaisme mengenai YHWH dan setan.
Tentu saja ada perwahyuan yang bertumbuh dalam
PB akan hal perkembangan kejahatan, namun tdaklah serumit yang diproklamirkan
para rabi. Suatu contoh yang bagus dari perbedaan ini adalah “peperangan di surga.”
Kejatuhan setan adalah suatu keharusan yang logis, namun rinciannya tidak
diberikan. Bahkan apa yang sudah diberikanpun diselubungi dalam jenis tulisan
perwahyuan (lih. Wahyu 12:4,7,12-13). Meskipun setan dikalahkan dan dibuang ke
bumi, ia masih berfungsi sebagai hamba YHWH (lih. Matius 4:1; Lukas 22:31-32; 1
Korintus 5:5; 1 Timotius 1:20).
Kita harus mengesampingkan rasa keingin-tahuan
kita dalam bidang ini. Ada kekuatan pencobaan dan kejahatan pribadi, namun
hanya ada satu Allah dan manusia masih bertanggung jawab atas pilihannya. Ada peperangn
rohani, yang ada baik sebelum dan sesudah keselamatan. Kemenangan bisa hanya
datang dan tinggal di dalam dan melalui Allah Tritunggal. Kejahatan telah
dikalahkan dan akan dihilangkan!