karyadim642.blogspot.com |
teologianya sangat berpengaruh dalam Gereja Barat. Dilahirkan di
Tagaste, Afrika Utara, tidak jauh dari Hippo Regius pada 13 Nopember
354. Ayahnya bernama Patricius, seorang kafir dan ibunya bernama
Monica, seorang ibu yang saleh dan yang penuh kasih. Augustinus lama
menjadi anggota katekumen, namun tidak bersedia untuk segera
menerima sakramen baptisan. Ia memulai pendidikannya di kota
kelahirannya, Tagaste, kemudian belajar retorika dan filsafat di
Kartago, ibukota provinsi Afrika Utara. Setelah belajar di Kartago,
Augustinus kembali ke kota kelahirannya dan di sana ia menjadi guru
retorika. Pada tahun 372 ia pindah ke Kartago dan menjadi guru
retorika di sana.
Augustinus mengalami pergumulan yang hebat, yaitu keinginannya untuk
mencari kebenaran yang sejati yang memberikan kepadanya suatu
kedamaian hidup. Seluruh perjuangannya dalam mencari kebenaran
tersebut diuraikannya dalam bukunya yang berjudul "Confessiones"
(Pengakuan-Pengakuan). Kira-kira tahun 373 ia membaca buku
"Hortensius", karangan Cicero, yang membawanya menjadi seorang
pengikut Platonisme. Namun, Platonisme tidak memberikan kepadanya
kedamaian sehingga ia berpindah lagi menjadi pengikut Manikheisme.
Sementara itu, Augustinus memelihara seorang wanita dan dari wanita
ini lahir seorang anak laki-laki yang diberinya nama, Adeodatus.
Hubungannya dengan wanita ini berlangsung selama lima belas tahun
lamanya.
Ibunya, Monica, sangat sedih karena kelakuan anaknya itu. Ia
senantiasa berdoa dengan bercucuran air mata agar anaknya ini
bertobat dari jalan yang sesat itu. Monica berkali-kali mengunjungi
uskupnya untuk meminta nasihatnya. Sang uskup menghibur Monica
dengan kata-kata, "Anak yang didoakan dengan banyak air mata,
mustahil ia binasa."
Tahun 382 Augustinus berangkat ke Roma. Di sini ia membuka sekolah
retorika, namun sekolahnya itu dipindahkan ke Milano. Di Milano ia
meninggalkan Manikheisme dan berpindah sebagai seorang pengikut Neo-
Platonisme. Kemudian ibunya juga datang ke Milano.
Augustinus sama sekali tidak tertarik kepada Alkitab. Ia menganggap
bahasa yang dipergunakan oleh Alkitab sangat kasar dan rendah
mutunya. Banyak hal-hal yang tidak masuk akal dan aneh.
Di Milano terdapat seorang uskup yang sangat cakap dalam berkhotbah
dengan mempergunakan bahasa yang menarik hati. Uskup itu adalah
Ambrosius. Augustinus ingin berkenalan dengan sang uskup dan sering
masuk gereja untuk mendengarkan khotbah-khotbahnya. Dari khotbah-
khotbah Ambrosius, Augustinus kini melihat keindahan dalam Kitab
Suci. Ia kini menemukan jawaban-jawaban yang memuaskan hatinya.
Pada tahun 386 Augustinus sedang duduk dalam taman di rumahnya.
Tiba-tiba ia mendengar suara anak kecil yang sedang bermain di taman
mengatakan, "Ambillah dan bacalah!" Suara hatinya mengatakan bahwa
yang disuruh ambil dan baca tidak lain daripada Alkitab. Ia
mengambil dan membukanya. Augustinus membaca Roma 13:13-14, "Marilah
kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta
pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan
dalam perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus
Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat
tubuhmu untuk memuaskan keinginannya." Augustinus yakin bahwa itulah
suara Roh Kudus sehingga ia mengalami pertobatan. Menjelang
Augustinus dibaptis, pada hari Minggu Paskah 387 di Milano, ia
bersama ibunya, Adeodatus, dengan beberapa sahabatnya bersemedi di
Cassaciacum, dekat Milano. Ibunya sangat bergembira dengan
pertobatan anaknya itu. Maka Augustinus pun dibaptis oleh Uskup
Ambrosius bersama-sama dengan anaknya, Adeodatus, dan beserta dengan
sahabatnya, Alypius dan Evodius.
Sesudah pertobatan dan baptisannya, Augustinus memutuskan
hubungannya dengan dunia. Harta miliknya dijualnya dan dibagi-
bagikannya kepada orang-orang miskin. Ia ingin melayani Kristus
sampai dengan ajalnya.
Kemudian Augustinus bersama-sama anak dan ibunya, Monika, bersiap-
siap untuk kembali ke Afrika. Sayang ibunya meninggal dunia di kota
pelabuhan Ostia sementara menunggu kapal yang akan membawa mereka ke
negerinya. Augustinus menguburkan ibu terkasihnya di Ostia sesuai
dengan permintaan Monica menjelang kematiannya, sebagai berikut.
"Kuburkanlah aku di mana saja dan janganlah dirimu susah karenanya;
hanya satu perkara aku mohon, yaitu doakanlah aku di altar Allah di
mana pun engkau berada". Augustinus bersama Adeodatus berserta kedua
temannya berangkat ke Tagaste.
Cita-cita Augustinus sekarang adalah hidup sebagai seorang biarawan.
Tahun 388 ia bersama dengan Alypius dan Evodius membentuk suatu
semibiara di Tagaste. Anaknya, Adeodatus, meninggal dunia di Tagaste
pada tahun 390.
Pada tahun 391 Augustinus berkunjung ke Hippo Regius. Umat di Hippo
Regius meminta agar Augustinus ditahbiskan menjadi presbiter untuk
membantu uskup Valerius yang sulit berkhotbah dalam bahasa Latin.
Tahun 396 Uskup Valerius meninggal dan Augustinus ditahbiskan
sebagai uskup Hippo Regius pengganti Valerius. Cita-citanya untuk
hidup dengan damai dalam biara terpaksa ditinggalkannya. Ia menjadi
uskup Hippo Regius sampai dengan meninggalnya pada 28 Agustus 430,
ketika suku-suku bangsa Vandal mengepung kota Hippo Regius.
Augustinus adalah seorang teolog besar dalam sejarah gereja. Ia
adalah murid Paulus. Ia banyak menulis yang di dalamnya kita dapat
menimba pandangan teologianya. Ia juga seorang yang dikenal sebagai
penentang penyesat-penyesat yang gigih. Perlawanannya dengan
Donatisme menyebabkan ia menguraikan pandangannya tentang gereja dan
sakramen. Baginya, gereja bukanlah persekutuan yang inklusif, yaitu
yang hanya terdiri dari orang-orang suci. Gereja adalah kudus pada
dirinya sendiri dan bukan karena kekudusan (kesucian) anggota-
anggotanya. Di dalam gereja terdapat orang-orang yang baik dan
orang-orang yang jahat. Di luar gereja juga terdapat pula orang-
orang yang baik. Nampaknya Augustinus berpendapat bahwa orang-orang
baik yang berada di luar gereja akan menjadi anggota gereja sebelum
mereka meninggal.
Mengenai sakramen, Augustinus berpendapat bahwa sahnya sakramen
bukanlah bergantung kepada kesucian orang yang melayankan sakramen
tetapi bergantung kepada Kristus sendiri. Pelayan sakramen hanyalah
alat dari Kristus. Itulah sebabnya, maka Augustinus menerima
sakramen baptisan yang dilaksanakan oleh golongan yang memisahkan
diri sebagai sakramen yang sah. Jikalau ada orang Donatisme yang
kembali kepada gereja yang resmi, mereka tidak perlu dibaptiskan
kembali.
Dalam perlawanannya dengan ajaran Pelagius, ia melahirkan pandangan
teologianya tentang kehendak bebas, dosa turunan, dan rahmat. Ia
mengajarkan bahwa manusia diciptakan Tuhan Allah dengan karunia-
karunia adikodrati. Karunia-karunia ini hilang pada waktu Adam jatuh
ke dalam dosa. Kehendak bebas hilang dan Adam serta keturunannya
takluk di bawah dosa. Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya
sendiri. Manusia hanya dapat diselamatkan karena rahmat Allah semata-
mata. Sesudah Adam jatuh ke dalam dosa, seluruh manusia berada dalam
keadaan tidak mungkin tidak berdosa. Allah akan memilih orang-orang
yang akan menerima karunia-Nya. Nampaknya di sini Augustinus
mengajarkan ajaran predestinasi, ajaran yang kemudian dikembangkan
oleh Calvin abad ke-16 dan Jansen pada abad ke-18.
Sepanjang hidupnya Augustinus banyak menulis. Tulisannya yang
berjudul "Confessiones" ditulisnya sebelum tahun 400. Di dalamnya
diceritakan riwayat hidup sampai pertobatannya. Karya besarnya yang
lain adalah "De Civitate Dei" (Kota Allah) dan "De Trinitate"
(Trinitas). "De Civitate Dei" terdiri dari 22 buku. Sepuluh buku
pertama menguraikan tentang iman Kristen. Dua belas buku berikutnya
menguraikan tentang perjuangan kota Allah (Civitas Dei) dengan kota
dunia (Civitas Terrena). Kota Allah akan mengalahkan kota dunia.
Yang dimaksudkan dengan Kota Allah adalah gereja dan Kota Dunia
adalah kerajaan-kerajaan dunia ini, khususnya kekaisaran Roma. "De
Trinitate" terdiri dari lima belas buku. Sebagian besar merupakan
kumpulan surat-surat, khotbah-khotbah, dan suatu kumpulan dialog
filosofis. Tidak lama sebelum kematiannya ia menerbitkan bukunya
yang berjudul "Retractations", di mana ia meninjau kembali karya
literernya.