karyadim642.blogspot.com |
Istilah Perjamjian Lama Berith (BDB 136), perjanjian, tidak mudah didefinisikan.
Tidak ada KATA KERJA yang cocok dalam bahasa Ibrani. Semua upaya untuk
menurunkan suatu definisi etimologis telah terbukti tidak meyakinkan.
Namun demikian, sentralitas yang nyata dari konsep
ini telah memaksa para ahli untuk memeriksa penggunaan dari kata ini untuk
berupaya menentukan arti fungsionalnya.
Perjanjian adalah alat yang digunakan Allah yang
esa dan benar untuk berurusan dengan manusia ciptaanNya.
Konsep dari perjanjian, pakta, atau persetujuan
adalah krusial dalam memahami perwahyuan alkitab. Ketegangan antara kedaulatan
Allah dan kehendak bebas manusia terlihat jelas dalam konsep perjanjian ini.
Beberapa perjanjian berdasarkan secara eksklusif pada sifat
dan tindakan-tindakan Allah.
1.
Penciptaan itu sendiri (lih. Kejadian 1-2)
2.
Pemeliharaan dan janji kepada Nuh
(lih. Kejadian 6-9)
3.
Pemanggilan Abraham (lih. Kejadian 12)
4.
Perjanjian dengan Abraham (lih. Kejadian 15)
5.
Pemeliharaan dan janji kepada Nuh
(lih. Kejadian 6-9)
Namun demikian, sifat utama perjanjian adalah menuntut suatu
tanggapan :
1. Oleh iman Adam harus mentati Allah dan tidak memakan buah
dari pohon yang ditengah-tengah Eden
2. Oleh iman Abraham harus meninggalkan keluarganya, mengikuti
Allah, dan percaya akan keturunan yang akan datang
3. Oleh iman Nuh harus membangun perahu yang besar jauh dariair
dan mengumpulkan binatangbinatang
4. Oleh iman Musa membawa bangsa Israel keluar dari Mesir ke
gunung Sinai dan menerima panduan khusus bagi kehidupan keagamaan dan sosial
dengan janji-janji berkat dan kutuk (lih. Ulangan 27-28)
Ketegangan yang sama yang melibatkan hubungan Allah dengan manusia
dibicarakan dalam “perjanjian baru.” Ketegangan ini bisa jelas terlihat dalam
membandingkan Yeh 18 dengan Yehezkiel 36:27-37 (tindakan YHWH).
Apakah perjanjian ini berdasarkan
tindakan-tindakan kemurahan Allah atau tanggapan manusia yang dimandatkan?
Ini adalah masalah yang panas dari Perjanjian Lama dan yang
Baru. Sasaran keduanya adalah sama:
(1) pemulihan persekutuan dengan YHWH yang hilang
dalam Kejadian 3 dan
(2) penetapan suatu bangsa yang benar yang
mencerminkan sifat Allah.
Perjanjian yang baru dari Yeremia 31:31-34
menyelesaikan ketegangan ini dengan menghilangkan prestasi manusia sebagai cara
untuk mencapai penerimaan. Hukum Allah menjadi suatu hasrat dari dalam dan
bukannya suatu kitab undang-undang hukum eksternal. Sasaran untuk bangsa yang
benar dan saleh tetap sama, namun metodologinya berubah. Manusia yang jatuh
membuktikan diri mereka sendiri tidak layak untuk menjadi gambar cerminan
Allah. Masalahnya adalah bukan perjanjian Allah, namun keberdosaan dan
kelemahan manusia. (Roma 7; Galatia 3).
Ketegangan yang sama antara
perjanjian-perjanjian PL yang tak bersyarat dan bersyarat tetap ada dalam PB.
Keselamatan adalah sungguh-sungguh cuma-cuma dalam karya
paripurna Yesus Kristus, namun ini mensyaratkan pertobatan dan iman (baik di
awal dan seterusnya). Ini merupakan suatu pengumuman hukum dan sebuah panggilan
kepada keserupaan dengan Kristus, suatu pernyataan tanda penerimaan dan suatu
bentuk perintah kepada kesucian! Orang-orang percaya tidak diselamatkan oleh
prestasi mereka, namun kepada ketaatan ( Efesus 2:8-10). Hidup saleh menjadi
bukti dari keselamatan, bukan cara mendapatkan keselamatan. Namun demikian, hidup
kekal memiliki sifat-sifat yang dapat diamati!