Rabu, 31 Juli 2013

BAGAIMANA MENGETAHUI ALKITAB ITU BENAR?


Ada banyak bukti-bukti external, yaitu fakta-fakta diluar Alkitab yang  memperlihatkan bahwa Alkitab adalah sumber informasi yang dapat dipercaya.

Belum ada bukti-bukti ilmiah yang dapat menyatakan kesalahan pernyataan-pernyataan apapun yang ada di dalam Alkitab. Walaupun ada banyak orang yang mengatakan, "Alkitab adalah bukan buku ilmiah, tetapi itu ditulis untuk memberikan pandangan mengenai keagamaan atau kerohanian." Walaupun begitu seluruh isi Alkitab adalah mutlak dapat dipercaya dalam hal ilmiah maupun rohani.

Ketepatan catatan dari benda-benda, peristiwa-peristiwa, orang-orang dan  tempat-tempat didalam Alkitab memperlihatkan integritas Tuhan. Tuhan telah memberikan pernyataan-pernyataan yang harus diterima secara utuh dimana hal ini memperlihatkan kemampuan Tuhan untuk menjaga ketepatan isi Alkitab selama berabad-abad. Kita tidak akan bisa melampaui batas kepercayaan akan ketepatan pernyataan-pernyataan tentang dunia iniseperti yang tertulis didalam Alkitab karena hal itu menunjukkan bahwaTuhan-lah yang mengarang Alkitab.


BUKTI-BUKTI GEOGRAPHY

Sementara Alkitab tidak ditulis untuk mengajarkan prinsip-prinsip ilmu alam akan tetapi setiap topik yang membicarakan ciptaan Tuhan didalam Alkitab adalah sangat benar dan akurat. Dalam satu hal Alkitab menyatakan secara benar di Ayub 26:7 bahwa bumi tidak berbentuk datar, dan pernyataan ini ditulis kira-kira 3000 tahun sebelum Masehi.

Deskripsi yang tepat mengenai bentuk bumi ini begitu berlawanan
dengan  pendapat  atau kepercayaan kebanyakan orang yang hidup pada masa itu dimana mereka percaya bahwa bumi ini berbentuk datar. Dan Yesaya 40:22 juga menyatakan hal yang sama bahwa Tuhan bertakhta di atas "bulatan bumi". Pernyataan di Yesaya 40:22 adalah pararel dengan pernyataan di Ayub 26:7 yang telah menyebutkan bentuk bumi dengan benar, dan kebenaran-kebenaran seperti itulah yang selalu kita dapatkan dari Alkitab. Lagipula siapakah yang lebih mengetahui daripada sang Pencipta sendiri tentang bagaimana alam semesta ini dibuat?


BUKTI-BUKTI ARKEOLOGI
Salinan yang tertua dari puisi-puisi atau karangan-karangan Yunani adalah 800 sampai 1000 tahun lebih baru daripada tulisan yang aslinya. Tetapi, tidak ada ilmuwan yang akan menerima pernyataan bahwa tulisan-tulisan Yunani ini telah menyeleweng dari tulisan yang aslinya dan seharusnya dibuang. Dan salinan tertua dari kitab-kitab Perjanjian Lama hanyalah 200 tahun lebih baru dari tulisan aslinya. Dan salinan tertua dari kitab-kitab Perjanjian Baru tertanggal 50 sampai 80 tahun setelah tulisan aslinya. Dari dasar informasi ini, Alkitab
seharusnya  dipercayai paling tidak seperti tulisan-tulisan literature Yunani lainnya, yang sampai sekarang masih sangat dipercaya.

Ada banyak penemuan-penemuan arkeologi yang memperkuat bukti integritas dari Alkitab yang menyebabkan para arkeolog yang dulunya melecehkan Alkitab menjadi berbalik dari menentang menjadi percaya kepada Alkitab. Selama berabad-abad ada banyak orang-orang yang meragukan kebenaran Alkitab karena Alkitab menyebutkan begitu banyak nama bangsa-bangsa kuno yang telah lama menghilang. Contohnya di Kejadian 15:20 Alkitab menyebutkan tentang suku bangsa Het. Dan ternyata beberapa ratus tahun yang lalu para arkeolog menemukan reruntuhan sebuah kota yang terletak di Turki, yaitu disebelah Utara tanah Israel, yang ternyata adalah reruntuhan dari kota utama bangsa Het.

Dan dalam kasih karunia Tuhan, pada sekitar tahun 1950 ditemukan gulungan-gulungan kitab di sebuah gua yang bernama Qumran didekat Laut Mati (Dead Sea Scroll). Hebatnya karena kondisi gua yang sangat-sangat kering gulungan-gulungan kitab ini berada dalam taraf yang baik dan tidak mengalami kehancuran, kitab-kitab ini dapat dibuka dan dibaca. Penemuan yang paling menakjubkan adalah salinan dari kitab Yesaya.

Menurut uji carbon 14, penanggalannya adalah 100 tahun sebelum Masehi, itu adalah 1000 tahun lebih awal daripada salinan yang dipergunakan sebelumnya. Selisihnya hanya sekitar 600 tahun dari teks yang aslinya.
Dan para ahli menemukan kalau ini adalah identik dengan tulisan Yahudi (Ibrani) yang digunakan untuk menterjemahkan Alkitab King James yang diterbitkan pada tahun 1611. Jadi, gulungan-gulungan kitab ini menolong untuk membuktikan fakta bahwa kita sesungguhnya mempunyai Injil sejati yang asli.


BUKTI-BUKTI SEJARAH
Alkitab juga berbicara mengenai kejadian-kejadian jauh dari sebelum hal itu terjadi. Nabi Yesaya pernah berbicara mengenai seorang raja Persia yang bernama Koresh (Yesaya 45:1) dimana dinubuatkan bahwa dia-lah yang akan membangun kembali bangsa Yehuda. Persia adalah sebuah kerajaan besar yang terletak disekitar negara Iran. Yesaya menulis nubuat ini pada masa pemerintahan raja Hizkia yang meninggal pada tahun 687 sebelum Masehi. Dan Koresh tidak mulai memerintah sebagai raja sampai tahun 600 sebelum Masehi, ini adalah lebih dari 80 tahun setelah nubuat itu ditulis. Hanya Tuhan saja yang dapat mengetahui nama dari raja Persia sebelum dia naik ke atas tahta.

Kemudian Alktiab mempunyai banyak nubuat-nubuat mengenai Yesus Kristus yang ditulis 1000 tahun sebelum Dia dilahirkan. Hal ini mungkin sedikit tersembunyi yang hanya terlihat bila kita memperhatikan setiap kata dengan teliti, tetapi sebetulnya setiap kitab-kitab dalam Perjanjian Lama dengan jelas menunjuk kepada Yesus. Contohnya, perhatikanlah dengan sangat teliti nubuat-nubuat yang ditulis dalam Mazmur 22, Yesaya 53 dan Mikha 5:2.

Melihat fakta-fakta bersejarah ini, kita dihadapkan hanya kepada dua 
kemungkinan. Apakah Alkitab itu dikarang oleh Dia yang tidak mempunyai batas waktu, atau itu hanyalah sebuah lelucon yang ditulis oleh seseorang setelah kejadian itu terjadi untuk membuat Alkitab kelihatan hebat. Pilihan yang benar adalah: Alkitab merupakan satu-satunya firman Tuhan yang sejati.

BUKTI DARI PENGALAMAN PRIBADI
Salah satu sumber lain dari kebenaran Alkitab adalah pengalaman pribadi dari mereka-mereka yang sudah dirubah hidupnya oleh Alkitab. Ada perubahan yang besar dan nyata didalam hidup orang-orang yang percaya kepada Kristus dan berjalan menurut firman-Nya, yaitu Alkitab. Dalamkata lain Alkitab sanggup melakukan kepada orang-orang yang percaya janji-janji yang terkandung didalamnya.

Alkitab menjanjikan pembebasan dari hari pengadilan terakhir dan memberikan kepastian tidak akan adanya hukuman bagi orang-orang yang percaya (Yohanes 5:24, Roma 8:1,16, 1 Yohanes 4:18). Alkitab menjanjikan orang-orang yang percaya
 akan dibersihkan secara rohani (Mazmur 119:9,11, Yohanes 15:3). Alkitab menjanjikan kebebasan dari perbudakan dosa dan kemenangan total (Yohanes 8:34-36, Roma 6:18, Kolose 3:1-2). Alkitab memberikan arti dan tujuan dari hidup ini (1 Petrus 2:9).

Semua hal-hal ini adalah bagian dari pengalaman pribadi orang-orang yang 
percaya. Orang-orang yang percaya mengalami hidup yang baru yang menjadi  bukti bahwa mereka tidak lagi dipenuhi dengan kepahitan atau penyesalan  tentang  masa lalu mereka ketika mereka mengetahui pengampunan Tuhan (Ibrani 10:16-17). Bahkan orang-orang yang percaya berani berkorban untuk sesamanya manusia karena mereka mengetahui bahwa mereka selalu dapat bergantung kepada Tuhan. Seseorang yang percaya kepada Alkitab mempunyai pengalaman rohani pribadi yang mengetahui dengan pasti bahwa Alkitab adalah bukan sekedar tulisan-tulisan puisi biasa, tetapi itu adalah firman Tuhan yang bersaksi jauh kedalam hati mereka.

KESAKSIAN ALKITAB
Alkitab sendiri bersaksi bahwa ia berasal dari Tuhan. Misalnya di 2 Samuel 23:2 Daud, yang menulis banyak bagian dari kitab Mazmur, menyatakan bahwa apa yang ditulisnya berasal dari Tuhan. Nabi Yeremia menyatakan hal yang sama (Yeremia 1:4), juga rasul Paulus (1 Tesalonika 2:13). Dan di 2 Petrus 3:16 rasul Petrus menyatakan bahwa tulisan-tulisan Paulus adalah bagian Kitab Suci (scriptures). Yesus sendiri membuat banyak pernyataan-pernyataan bahwa Alkitab mutlak dapat dipercaya (Lukas 16:17, 24:44, Yohanes 17:17). Dan Yesus seringkali 
menggunakan kisah-kisah dari Perjanjian Lama sebagai peristiwa-peristiwa yang nyata (Lukas 11:51, 17:26-33).

KESATUAN ALKITAB
Alkitab terdiri dari 66 buku yang ditulis selama periode waktu lebihdari 1500 tahun, dari zaman Musa (1400 Sebelum Masehi) sampai zaman rasul Yohanes (kira-kira 100 Masehi). Jumlah penulisnya sedikitnya ada 40 orang. Beberapa dari pengarangnya hidup terpisah 600 mil jauhnya, dan kebanyakan dari mereka tidak mengenal satu sama lain. Tetapi kata-kata yang tertulis di dalam Alkitab mempunyai pesan yang sama, dan mempunyai satu kesatuan yang sempurna secara keseluruhan.

Satu-satunya alasan kenapa bisa terjadi seperti itu karena Tuhan-lah yang
 mengarang Alkitab. Tuhan menggunakan orang-orang ini untuk menulisapa yang Ia ingin tuliskan kepada umat manusia. Setiap kata dan setiap huruf didalam aslinya (Ibrani untuk Perjanjian Lama dan Yunani untuk Perjanjian Baru) adalah tepat seperti apa yang Tuhan ingin sampaikan kepada umat manusia. Para penulis ini hidup dan mati di zaman yang berbeda-beda, tetapi Tuhan yang sama yang hidup selama-lamanya yang memberitahukan kepada orang-orang ini apa yang harus mereka tulis. Untuk alasan ini, kita bisa selalu bisa membandingkan bagian-bagian yang berbeda dari Alkitab dan menemukan bahwa mereka adalah saling melengkapi,  saling menjelaskan, dan sangat konsisten satu dengan yang lainnya (1 Korintus 2:13). Kita dapat membaca bagian yang mana saja dari Alkitab dan menemukan firman Tuhan disana.


ISI ALKITAB
Hal yang paling menakjubkan yang dapat kita temukan didalam Alkitab adalah hal-hal yang dibicarakan didalamnya. Ada hal-hal di dalam Alkitab yang kita ketahui bahwa hanya Tuhan saja yang dapat menulis pernyataan-pernyataan yang seperti itu. Misalnya Alkitab menyatakan di Yohanes 10:30 Yesus berkata bahwa Ia adalah Allah. Di Yohanes 20:28 seorang murid menyatakan bahwa Yesus adalah Allah. Dan di Ibrani 1:8 Bapa menyatakan bahwa Yesus adalah Allah. Kesimpulan terakhir darikesaksian-kesaksian ini adalah apakah Alkitab itu gila atau itu adalahbenar-benar berisikan firman-firman Tuhan.

Contoh lain yang penting adalah bahwa Alkitab membicarakan masalah dosa(1 Yohanes 3:14).
Tidak ada orang lain yang mempunyai keberanian untuk menuliskan kenyataan- kenyataan hidup manusia seperti yang tertulis didalam Alkitab. Alkitab memberikan gambaran yang menyeramkan dari upah dosa. Alkitab menyinggung kita, dan kita tidak selalu menyukai apa kita baca didalamnya. Ini menerangkan mengapa kita sulit untuk mempercayai Alkitab.

Masalahnya adalah bukan bukti kebenarannya melainkan hati kita. Siapa yang ingin mengetahui bahwa sebenarnya dia sedang berada didalam bahaya, seorang penjahat, seorang pendosa yang busuk dan buruk? Siapa yang akan bersuka-cita sewaktu dia diberitahu bahwa dia sedang berjalan menuju ke neraka, dimana dia akan menderita selamanya dibawah murka Tuhan? Siapa yang menyambut pengetahuan bahwa tidak ada kebaikan apapun sama sekali didalam dirinya dan sebenarnya dia sedang berada didalam pemberontakan melawan Tuhan yang telah menciptakannya?

Hanya Tuhan saja yang dapat berkata jujur kepada kita karena hanya Dia saja yang mengetahui kebenaran. Hanya Tuhan yang mau berterus-terang kepada kita untuk menyatakan kasih-Nya. Kasih sejati tidak dinyatakan dengan kata-kata yang mencoba untuk membuat kita merasa enak dan nyaman dengan cara menyanjung, tapi meninggalkan kita didalam kesusahan karena mereka tidak mempunyai pengharapan yang nyata. Kasih yang sejati dinyatakan dalam kebenaran, karena itu adalah satu-satunya hal yang dapat menyelamatkan kita.

Kejujuran Alkitab tentang manusia tidak menarik, tetapi Alkitab berisi kata-kata dari seorang teman sejati. Tuhan mengetahui bahwa kita sedang berjalan dipinggir jurang, dan siap untuk jatuh ke dalam neraka. Dia memberitahu persisnya apa yang kita butuhkan untuk menghindari kemalangan ini. Walaupun Alkitab tidak akan tampil sebagai salah satu dari sepuluh buku paling populer tahun ini, tapi hanya Alkitab yang dapat memberikan janji-janji seperti yang Yesus katakan di Matius 11:28-30:

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan 
memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."


PESAN-PESAN ALKITAB
Ada satu hal terakhir yang harus kita pertimbangkan untuk menilai kebenaran Alkitab. Kebanyakan orang percaya akan adanya Tuhan. Tapi jika Tuhan itu memang Tuhan, berarti Dia berkata-kata dengan kuasa yang mutlak dan kita harus berserah kepada perintah-perintah-Nya. Dengan kata lain, apa yang kita pikirkan tentang firman-Nya dan bagaimana kita bereaksi terhadapnya, mengambarkan pikiran kita tentang Tuhan. Kita tidak dapat memisahkan Tuhan dan Alkitab-Nya. Kita tidak harus percayakepada Alkitab, tetapi kita akan menghadapi akibatnya. Kalau seseorang tidak percaya kepada Tuhan yang membuat
Alkitab maka dia akan bertingkah-laku menurut jalan pikirannya itu, dan kepahitan serta kehidupan yang egois itulah yang mereka akan tuai tepat seperti yang Alkitab katakan. Ini adalah bukti yang mengerikan. Dan mereka juga harus menghadap murka Tuhan yang akan mengejar mereka sampai diluar batas  liang kubur dan mereka akan dibangkitkan kembali untuk dihakimi oleh sang Hakim (Yesus Kristus adalah firman Tuhan) pada hari penghakiman terakhir seperti yang dikatakan Alkitab

Mempertanyakan tentang kebenaran Alkitab adalah hal yang baik, dan Alkitab mampu untuk melewati pemeriksaan-pemeriksaan yang ada dan menjawab semua pertanyaan yang ada dan dapat menghapuskan keragu-raguan kita. Yakobus 1:6 menyatakan bahwa kita tidak perlu ragu-ragu untuk meminta kepada Tuhan supaya kita mempercayai firman-Nya dan meminta kebijaksanaan untuk mendapatkan hadiah yang terbaik yang bisa kitadapatkan dari Alkitab. Tetapi, untuk mempelajari Alkitab adalah sesuatu yang suci. Hanya bila kita menghampiri Alkitab dengan rendah hati dan pikiran yang terbuka untuk kebenaran maka kita akan bisa menemukan jawaban-jawaban yang kita perlukan. Dan kita dapat berdoa, "Ya Tuhan saya tidak tahu apa-apa, ajarkanlah saya."

"Firman-Mu adalah kebenaran." (Yohanes 17:17)

"Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN
  itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah." (Mazmur 19:9-10)

Bekasi, 18 april 2013


Matius 5:23-24, PERSEMBAHAN YANG BENAR ( Leave your gift there before the altar)

karyadim642.blogspot.com
23. Therefore if you bring your gift to the altar, and there remember that your brother has something against you,
24. leave your gift there before the altar, and go your way. First be reconciled to your brother, and then come and offer your gift.

23   ἐὰν οὖν  προσφέρῃς  τὸ  δῶρον  σου  ἐπὶ  τὸ  θυσιαστήριον  κακεῖ  μνησθῇς  ὅτι  ὁ ἀδελφός  σου  ἔχει  τι  κατὰ  σοῦ. 
23 ean oun  prospherēs  to  dōron  sou  epi  to  thusiastērion  kakei  mnēsthēs  oti  o  adelphos sou  echei  ti  kata  sou.

24   ἄφες  ἐκεῖ  τὸ  δῶρον  σου  ἔμπροσθεν  τοῦ θυσιαστηρίου  καὶ  ὕπαγε  πρῶτον  διαλλάγηθι  τῷ  ἀδελφῷ  σου,  καὶ  τότε  ἐλθὼν πρόσφερε  τὸ  δῶρον  σου.
24 aphes  ekei  to  dōron  sou  emprosthen  tou  thusiastēriou kai  upage  prōton  diallagēthi  tō  adelphō  sou,  kai  tote  elthōn  prosphere  to  dōron sou.

Kalau ada orang yang melakukan kesalahan, maka kelakuannya itu mengganggu hubungannya dengan Allah.

1.     Persembahan atau korban itu tidak akan dapat dipakai untuk menghapuskan dosa-dosa yang bersifat sengaja.
2.    Agar korban Persembahan itu mencapai maksudnya, maka perlu disertai dengan pengakuan dosa secara jujur dan pertobatan yang tulus.
3.    Sebagai pengganti diri orang yang mempersembahkannya.

Kita tidak akan mempunyai hubungan yang baik dan benar dengan Allah kalau kita tidak mempunyai hubungan yang baik dan benar dengan sesama kita.

a)  Apa yang dimaksud dengan ‘ganjelan’ itu?

‘ganjelan’ itu tidak mungkin merupakan sesuatu yang remeh / kecil, karena kalau demikian, alangkah sedikitnya orang yang bisa berbakti kepada Allah. Jadi ‘ganjelan’ itu haruslah sesuatu yang cukup  penting / besar. Tetapi saya berpendapat bahwa kata-kata ini sukar dipraktekkan, karena besar atau kecil merupakan sesuatu yang relatif.
Tetapi kalaupun saudara kita itu salah, tetapi kalau ia mengira dirinya benar, sehingga ia mempunyai ganjelan terhadap kita, maka kita tetap harus mengusahakan perdamaian dengan dia (bukan minta maaf, tetapi menjelaskan / memberi pengertian kepadanya).
Satu hal lain yang ingin saya tambahkan adalah: kalau kita disuruh berinisiatif untuk membereskan suatu ‘ganjelan’ yang ada dalam diri saudara kita, apalagi kalau ‘ganjelan’ itu ada dalam diri kita sendiri! Adakah saudara seiman / orang di sekitar saudara terhadap siapa saudara mempunyai ‘ganjelan’? Bawa itu kepada Tuhan, dan bereskan! Bahkan mungkin sekali untuk membereskan hal itu, saudara harus datang kepada orang tersebut, dan membicarakannya!

b)   Mengapa hal seperti ini dihubungkan oleh Yesus dengan hukum ke 6?

D. Martyn Lloyd-Jones: “the commandment not to kill really means we should take positive steps to put ourselves right with our brother” (= perintah untuk tidak membunuh berarti bahwa kita harus mengambil langkah-langkah yang positif untuk meluruskan / memperbaiki hubungan kita dengan saudara kita).

c)   Kata ‘persembahan’ / ‘memberikan persembahan’ (ay 23,24).
Matthew Poole: “It is a text usually applied with reference to communion with God in the Lord’s supper, but equally extensive to any other part of worship, hearing the word, James 1:21, and prayer, 1 Tim 2:8” (= Ini merupakan text yang biasanya diterapkan berkenaan dengan persekutuan dengan Allah dalam Perjamuan Kudus, tetapi juga mencakup lebih luas pada bagian lain dari ibadah / kebaktian, mendengar firman, Yakobus 1:21, dan doa, 1 Timotius 2:8).

Yakobus 1:19-21 - “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu”.

1 Timotius 2:8 - “Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan”.

Bandingkan juga dengan ayat-ayat di bawah ini:

 Ø  Yesaya 1:15 - “Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan mukaKu, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah”.

 Ø  Yesaya 58:3-4 - “‘Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?’ Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu. Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi”.

d)   Ini tidak berarti bahwa hubungan dengan manusia lebih penting dari pada hubungan dengan Allah.

Knox Chamblin: “The point is not that human relationships are more important than the worship of God, but that these two are inextricably bound together (the one inevitably affects the other)” [= Maksudnya bukan bahwa hubungan dengan manusia lebih penting dari pada ibadah / kebaktian kepada Allah, tetapi bahwa kedua hal ini terikat menjadi satu secara tak terpisahkan (yang satu secara tak terhindarkan mempengaruhi yang lain.

e)   Inisiatif untuk membereskan ganjelan ini jelas bukan hal yang gampang. Ini membutuhkan kerendahan hati dan penyangkalan diri!

f)   Bagaimana kalau kita sudah mengusahakan perdamaian secara benar, tetapi orang tersebut tidak mau berdamai?

Pulpit Commentary: “The Christian can never excuse himself by saying, ‘My brother will not be reconciled to me.’ He must be; and the Christian must not rest until he is. The burden of right relations rests on him” (= Orang kristen tidak pernah bisa beralasan dengan berkata: ‘Saudaraku tidak mau diperdamaikan dengan aku’. Ia harus; dan orang kristen itu tidak boleh berhenti sampai ia mau. Beban dari hubungan yang benar ada pada orang kristen itu)

Saya berpendapat bahwa kata-kata ini salah, bahwa kalau kita sudah berusaha untuk berdamai, tetapi orang itu tidak mau, maka itu tidak akan menghalangi ibadah kita kepada Allah. Bdk. Roma 12:18 - “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”.

Calvin:
“so long as a difference with our neighbour is kept up by our fault, we have no access to God”
(= selama suatu perbedaan dengan sesama kita dipelihara / dipertahankan oleh kesalahan kita, kita tidak mempunyai akses kepada Allah)

Bekasi, 31 Juli 2013

Karyadim642.blogspot.com

Matius 5:23-24
23.   Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,
24.     tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.

Senin, 29 Juli 2013

BUKU YANG MEMBUAT KAYA SELAMANYA


Matahari sudah mulai terbenam pada saat seorang pria dengan susah payah berjalan kaki lewat lorong yang becek menuju Desa Gersang.

Wah, jelek sekali jalan-jalan di daerah Polandia Timur ini, katanya pada dirinya
sendiri. Kalau aku tidak bertekad untuk membawa Alkitab kepada orang-orang yang belum mempunyainya, pasti aku tidak mau bepergian ke daerah yang terpencil seperti ini!

Memang pria itu sudah biasa berjalan di jalan-jalan desa yang jelek. Umumnya ia tidak mengomel. Tetapi sudah bekerja keras sepanjang hari, kadang-kadang ia merasa sedikit jengkel.

Tenaganya hampir terkuras habis ketika lampu-lampu nampak berkedip-kedip pada jendela-jendela di Desa Gersang. Pada saat pria itu berjalan semakin dekat, anjing-anjing menggonggongi dia. Tetapi pria itu sudah biasa menghadapi anjing-anjing penjaga; seandainya tidak, pasti sudah berkali-kali ia diserang.

Ia mengetuk pintu rumah pertama yang didatanginya. Seorang pria muncul dipintu; tiga orang anak mengintip dari belakang punggungnya.
"Selamat sore." sapa tuan rumah itu. "Silakan masuk; sudah mulai dingin di luar."
"Selamat sore." Tetapi pria yang mengetuk pintu itu tidak segera masuk. "Pak,
aku mencari tempat menginap. Aku bersedia membayar, juga untuk makananku. Dan aku pun menjual sebuah Buku yang berisi cerita-cerita yang paling indah di
seluruh dunia."

Dengan tenang ia menunggu keputusan tuan rumah; ia tidak mau memaksa orang itu menerimanya. Tetapi biasanya, begitu orang memandang wajahnya, saat itu juga mereka merasa bahwa ia seorang yang dapat dipercaya.

"Bagaimana, Marya?" tanya tuan rumah itu kepada istrinya.

Istrinya melangkah maju dan memperhatikan wajah pria yang masih berdiri di luar itu. "Nanti malam pasti dingin sekali," katanya. "Kami punya cukup makanan di sini dan cukup tempat tidur juga." Lalu ia kembali ke tungku perapian agar dapat mengurus masakannya.

Maka pintu itu dibukakan lebih lebar. "Silakan masuk!" kata tuan rumah.
"Kenalkan, namaku Antoni Kowalski."
"Dan aku, Karl Olsen, penjual Alkitab," jawab tamu itu seraya berjabat tangan.
"Di samping menjual, aku pun suka menyampaikan cerita di tempat aku menginap."
 
Ketiga anak itu berdiri di sekeliling Karl Olsen pada saat ia duduk di dekat tungku perapian. Si Marya Kecil adalah anak sulung; namanya sama dengan nama ibunya. Ia Tersenyum tersipu-sipu. "Cerita, Pak?" bujuknya.

Ayahnya tertawa. "Si Marya tidak puas-puasnya mendengar cerita. Biarkan tamu kita memanaskan tangannya dulu, Nak!"

Tidak lama kemudian Karl Olsen sudah merasa hangat dan nyaman. Maka dibukanya bungkusannya dan dikeluarkannya sebuah Alkitab. "Nah, ini dia, Buku yang paling berharga di seluruh dunia. Kalian mau aku bacakan sebuah cerita, ya? Bagaimana kalau cerita ini, yang pernah dibawakan oleh Tuhan Yesus sendiri?"

Karl membuka Alkitabnya pada perumpamaan orang Samaria yang murah hati. "Kalian bagaikan orang Samaria terhadap diriku," katanya. "Dengan murah hati kalian sudah menerima aku, sehingga aku tidak kedinginan, dan aku selamat dari bahaya binatang buas yang mengintai dalam kegelapan malam."

Tibalah waktu makan malam. Karl makan dengan lahapnya. Makanan itu sangat sederhana, tetapi disuguhkan dalam keadaan panas dan diberi bumbu menurut seleranya.

Sesudah makan, Karl Olsen mulai bercerita lagi. Pak Antoni dan Ibu Marya duduk sambil mendengarkan, bersama dengan si Marya Kecil dan si Yan dan si Zosia. Yang dibacakan ialah cerita-cerita tentang Yusuf, tentang Daud, tentang Raja Salomo yang membangun Bait Allah yang indah, tentang Nabi Daniel yang dijebloskan ke dalam gua singa.

Sebelum ia menyampaikan tiap cerita baru, Karl membuka Alkitab pada pasalnya yang tepat. Smbil bercerita ia pun menyisipkan di sana sini dengan susunan kata persis seperti yang tertera di halaman Alkitab.

Si Marya Kecil menarik napas panjang pada saat Karl Olsen menutub Alkitab. "Papa, beli Buku itu, ya? Supaya setiap malam Papa dapat membacakan isinya," bujuknya. "Papa satu-satunya orang di Desa Gersang yang dapat membaca," ia menjelaskan dengan bagga kepada tamu itu.

Ayahnya mengerutkan dahinya. "Kita ini orang miskin, Nak. Tidak mampu membeli buku," katanya.

Suara Karl Olsen lirih pada saat ia mengatakan: "Mereka yang tidak mempunyai Buku ini memang miskin. Tetapi bagi mereka yang mempunyainya, Buku ini lebih berharga daripada banyak harta."

"Papa! Papa! Beli, ya, Papa!" si Marya terus membujuk.

Akhirnya Antoni Kowalski membeli sebuah Alkitab, meski untuk orang seperti dia harganya terhitung cukup mahal. Ia meletakkan Buku itu di tempat yang terhormat di dalam rumahnya.

Selama dua hari Karl Olsen tetap menginap pada keluarga Kowakski. Ia berkenalan dengan penduduk lain di desa itu. Tetapi tidak ada seorang pun, di antara mereka yang mau membeli Alkitab. Kitab-kitab Perjanjian Baru, bahkan Kitab-Kitab Injil yang kecil-kecil tidak ada satu pun yang laku.

Karl kecewa. Tadinya ia berbesar hati karena pada malam yang pertama itu ia sudah menemui sebuah keluarga yang rela membeli Alkitab lengkap. Harapannya semula ialah, pasti ada juga orang-orang lain di Desa Gersang yang mau membeli.

Pada hari yang ketiga, Karl Olsen berangkat menuju desa-desa lain. Sambil berjalan kaki melewati lorong yang becek, ia terus berpikir: Ah! Biarlah cuma sebuah Alkitab saja yang laku di Desa Gersang. Tadinya tidak ada Firman Allah sama sekali di sini. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi?

Kemudian datanglah musim salju di Polandia Timur. Matahari terbenam agak awal; kawanan serigala melolong di dalam kegelapan malam. Semua orang harus tetap tinggal di rumah.

Pada malam-malam seperti itu Antoni Kowalski biasa membuka Alkitabnya serta membacakan cerita-cerita yang sudah diberi tanda oleh Karl Olsen. Ia pun membacakan ajaran-ajaran Tuhan Yesus, menurut daftar penunjuk ayat yang ditinggalkan oleh penjual Alkitab itu.

Selama saat-saat pembacaan itu, Ibu Marya dengan si Marya Kecil serta Yan dan Zosia suka duduk mendengarkan. Kemudian mereka memperbincangkan apa yang sudah mereka dengar.

Kadang-kadang ada juga tetangga yang turut mendengarkan. Seraya mengambil Alkitabnya, Pak Antoni suka mengatakan: "Coba dengarkan apa yang sudah kutemukan di dalam Buku ini. Dengarkan baik-baik, dan berilah tanggapan."

Lalu ia akan membacakan dengan suara keras, sedangkan tetangga-tetangannya duduk termenung. Kemudian mereka memberi tanggapan dan memperbincangkan arti ayat-ayat tadi. Percakapan itu selalu berkisar pada hal-hal yang patut mereka terapkan dalam hidup mereka.

"Mengapa aku harus mengampuni musuhku?" tanya seorang tetangga. "Apakah Buku ini bermaksud, aku harus membantu seseorang memotong kayu, padahal ia sudah mencuri sebagian dari panen gandumku? Wah, tidak masuk akal!"

Pak antoni menggelengkan kepalanya. "Siapa tahu? Memang ini ajaran yang aneh."
Lalu ia pun membuka sebuah ayat yang lain lagi. "Nah, ini: ‘Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.”’

Si Marya Kecil dan Yan ikut mendengarkan ayah mereka bertukar pikiran dengan tetangga-tetanggnya. Mereka saling berpandangan. Memang mereka tidak selalu memperlakukan teman-teman sepermainan mereka seperti mereka kehendaki supaya teman-teman itu memperlakukan mereka!

Sulit mengatakan secara persis, kapan dan bagaimana perbuahan ajaib itu mulai terjadi. "Seumpama ragi yang diadukan ke dalam tepung sampai khamir seluruhnya", demikian kata-kata Tuhan Yesus tentang Firman Allah yang berkerja dengan tidak kentara dalam hati manusia.

Demikianlah halnya di Desa Gersang. Ajaran-ajaran Alkitab mulai mengubah cara hidup Antoni Kowalski serta keluarganya dan tetangga-tetangganya. Desa Gersang mulai bersemi secara rohani, dengan pikiran dan perbuatan yang bersifat murah hati.

Pada suatu hari Pak Antoni dan Ibu Marya mengaku percaya kepada Tuhan Yesus dengan terang-terangan. Tak ketinggalan juga si Marya Kecil dan Yan. Zosia, si bungsu, masih terlalu kecil untuk menjadi anggota gereja, namun ia pun mengasihi Tuhan Yesus sebagai Temannya yang terbaik.

Lambat laun orang-orang lain di desa itu juga memihak Tuhan Yesus dan menggabungkan diri dengan umat Kristen. Pada suatu hari Pak Antoni dan Ibu Marya mulai menghitung: "Seratus sembilan puluh delapan, . . . seratus sembilan puluh sembilan, . . . dua ratus. Sudah ada dua ratus orang Kristen!" kata mereka. "Alangkah baiknya jika Karl Olsen dapat diberitahu, betapa besarnya
perubahan di desa ini sebagai hal dari Alkitab yang pernah dijualnya!"

Nah, justru fakta itu yang mulai mencemaskan hati kedua ratus orang Kristen baru di Desa Gersang: Alkitab yang mereka miliki itu hanya ada satu.

Mengapa kita juga tidak membelinya waktu Karl Olsen ada di sini dulu?" kata mereka dengan wajah sedih. "Bagaimana kalau Kitab Suci itu dicuri orang? Bagaimana kalau rumahmu kebakaran, Antoni?"

"Aku sudah tahu sebagian dari Alkitab di luar kepala," kata si Marya Kecil. "Aku sudah hafal cerita tentang Tuhan Yesus bersama kanak-kanak itu, dan juga Mazmur pasal 100."

"Dan aku pun sudah tahu di luar kepala cerita orang Samaria yang murah hati," kata si Yan dengan bangga. "Aku dapat menghafalkan seluruh cerita itu, tanpa kekeliruan sedikit pun."

Ibu Marya tidak mau ketinggalan. "Hatiku sarat dengan ayat-ayat yang pendek yang telah kauhafa," katanya. "Tetapi satu pasal semuanya? Wah, aku belum sanggup!"

Perkataan ibu Marya itu menimbulkan gagasan baru. "Kita harus menghafal seluruh Alkitab!" demikianlah keputusan kedua ratus orang Kriten itu. "Tiap bagian yang indah, tiap bagian yang penting, harus dapat diucapkan di luar kepala."

Maka mereka membuat rencana bersama-sama. Mula-mula mereka mendaftarkan semua ayat dan pasal kesayangan mereka masing-masing, serta ajaran-ajaran Alkitab yang mereka anggap paling indah dan paling penting. Lalu setiap orang diberi tugas hafalan. Anak-anak kecil menghafal ayat-ayat pendek saja. Anak-anak yang lebih besar ditugasi menghafal cerita dan perumpamaan serta mazmur yang tidak terlalu sulit untuk diingat. Orang-orang dewasa ditunjuk untuk menghafal bagian-bagian Alkitab yang paling rumit. Dengan rajin dan tekun mereka mulai menunaikan tugas mereka masing-masing.

Kadang-kadang mereka berkumpul di rumah keluarga Kowalski. Seseorang akan mulai mengucapkan apa yang sudah dihafalkannya, misalnya dari Kitab Injil Lukas, pasal yang pertama. Orang tadi akan terus menghafal sejauh bagiannya. Lalu orang yang berikutnya akan berdiri dan meneruskan tugas hafalannya. Pak Antoni memegang Alkitab di tangannya, agar ia dapat memperhatikan tiap kata yang diucapkan itu persis dengan yang tertulis di dalam Firman Tuhan.

Setiap malam hari selama musim salju itu, tidak lagi terasa waktunya lewat dengan amat panjang. Setiap oramg Kristen di Desa Gersang memanfaatkan waktunya dengan menghafalkan Alkitab. Banyak sekali bagian Firman Allah yang sudah dapat diucapkan di luar kepala setelah musim salju itu lewat!

Selama musim semi dan musim panas dan musim rontok, mereka semua sibuk mengusahakan gandum dan memotong kayu dan mengerjakan tugas-tugas yang lain. Tetapi setiap musim salju selama tahun-tahun yang berikutnya, mereka terus menambah perbendaharaan ayat dan pasal hafalan mereka . . . .

Matahari sudah terbenam pada saat Karl Olsen dengan susah payah berjalan kaki lewat lorong yang becek menuju Desa Gersang lagi. Dulu aku pernah mampir di desa yang terpecil ini, demikianlah pikirnya. Waktu itu cuma sebuah Alkitab saja yang laku. Aku menjualnya kepada tuan rumah di sini . . . eh, siapa namanya?

Tenaganya hampir terkuras habis ketika lampu-lampu nampak berkedip-kedip pada jendela-jendela di Desa Gersang. Ia mengetuk pintu rumah pertama yang di datanginya. Dalam hati ia bertanya-tanya, apakah keluarga yang dulu itu masih tinggal di situ, dan apakah ketiga anak mereka masih sehat-sehat saja.

Seorang gadis remaja membukakan pintu. Ia tertegun sejenak, lalu berlari ke dalam sambil memanggil ibunya: "Mama! Mama! Pak Karl Olsen datang kembali! Pak Karl Olsen!"

Seluruh keluarga Kowalski keluar dan menyambut tamu mereka dengan penuh sukacita: Pak Antoni, Ibu Marya, Yan, Zosia, dan "si Marya Kecil", yang sekarang lebih tinggi daripada ibunya. Kabar kedatangan Karl Olsen itu dengan cepat-cepat disampaikan ke rumah-rumah tetangga, dan mereka pun menyambut dia dengan girang.

Karl haren sekali. Mengapa mereka semua menyongsong dia dengan seramah itu?
Mengapa mereka masih mengingat namanya selama bertahun-tahun itu?

Sedikit demi sedikit ia mendengar ceritanya. Pak Antoni mengeluarkan Alkitabnya, yang sudah hampir usang karena sudah terlalu sering dibuka-buka. Ibu Marya bercerita tentang dua ratus penduduk Desa Gersang yang sudah menjadi pengikut Tuhan Yesus. Teman dan tetangga mereka sering memotong percakapannya dengan berita-berita yang lain, . . . tetapi tidak seorang pun yang bercerita tentang tugas hafalan mereka. Rupanya mereka merasa itu urusan mereka sendiri, yang mungkin tidak begitu menarik untuk diceritakan kepada orang lain.

Keesokan harinya, dengan senang hati penduduk Desa Gersang berkumpul untuk berbakti bersama-sama dengan Karl Olsen. Dalam kebaktian itu, Karl bertanya: Adakah seseorang di sini yang dapat mengucapkan ayat kesayangannya?"

Semua orang terdiam. Lalu Antoni Kowalski bertanya, "Ayat kesayangannya, Pak? Ataukah pasal kesayangannya?"

Karl Olsen kaget. "Pasal! Adakah di sini seseorang yang sudah menghafal kseluruhan dari satu pasal di dalam Alkitab?"

Lalu mereka bercerita kepadanya tentang kecemasan mereka dulu: Jangan-jangan Alkitab satu-satunya milik mereka itu hilang! Mereka menjelaskan bagaimana mereka membagi-bagi tugas hafalan. "Hampir seluruh Alkitab itu telah kami hafalkan," kata mereka dengan bangga. "Dan kami sedang berusaha menghafalkan sisanya."

Yan adalah orang pertama yang berdiri dan mulai mengucapkan ayat-ayat di luar kepala. Lalu Zosia, dan Marya, dan semua anak yang lain, ayat demi ayat, pasal demi pasal. Kaum dewasa pun mengucapkan beberapa ayat dan pasal kesayangan mereka.

Seminggu lamanya Karl Olsen menetap bersama-sama dengan orang-orang Kristen di Desa Gersang. Desa itu jauh sekali dari tempat tinggal orang-orang Kristen yang lain; banyak sekali pertanyaan mereka tentang saudara-saudara seiman mereka yang belum pernah mereka lihat! Dan mereka pun membeli Alkitab, Kitab Perjanjian Baru, dan Kitab-Kitab Injil sampai persediaan yang dibawa karl Olsen itu habis semuanya.

"Kami sudah mempunyai Alkitab di dalam hati kami," kata mereka. "Akan tetapi kami masing-masing hanya mempunyai sebagian saja. Padahal kami masing-masing memerlukan Firman Allah yang lengkap."

Semalam sebelum Karl Olsen hendak berangkat lagi dari Desa Gersang, ia berbaring di tempat tidurnya. Demikianlah renungan hatinya: Sungguh Firman Allah bekerja di dalam hati orang-orang di sini. Dari hanya satu Alkitab saja, . . .

lihatlah hasilnya!

 

Matius 5:21-22, JANGAN MARAH

karyadim642.blogspot.com
 21  "You have heard that it was said to those of old, 'You shall not murder, and whoever murders will be in danger of the judgment.'
22  But I say to you that whoever is angry with his brother without a cause shall be in danger of the judgment. And whoever says to his brother, 'Raca!' shall be in danger of the council. But whoever says, 'You fool!' shall be in danger of hell fire.

21   ἠκούσατε  ὅτι  ἐρρέθη  τοῖς  ἀρχαίοις  οὐ  φονεύσεις  ὃς  δ’  ἂν  φονεύσῃ  ἕνοχος ἐσται  τῇ  κρίσει· 
21 ēkousate  oti  errethē  tois  archaiois  ou  phoneuseis  os  d  an  phoneusē enochos  estai  tē  krisei· 

22   ἐγὼ  δὲ  λέγω  ὑμῖν  ὅτι  πᾶς  ὁ  ὀργιζόμενος  τῷ  ἀδελφῷ  αὐτοῦ ἕνοχος  ἐσται  τῇ  κρίσει·  ὃς  δ’  ἂν  εἶπῃ  τῷ  ἀδελφῷ  αὐτοῦ  ῥακά,  ἕνοχος  ἐσται  τῷ συνεδρίῳ  ὃς  δ’  ἂν  εἶπῃ  μωρέ,  ἕνοχος  ἐσται  εἰς  τὴν  γέενναν  τοῦ  πυρός.

22 egō  de  legō  umin  oti  pas  o  orgizomenos  tō  adelphō autou  enochos  estaitē  krisei·  os  d  an  eipē  tō  adelphō  autou  raka,  enochos  estai tō  sunedriō  os  d  an  eipē  mōre,  enochos  estai  eis  tēn  geennan  tou  puros.

A.  MEMBUNUH
Terjemahan yang kurang tepat dari Kitab Suci Indonesia.
Ayat 21: “Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum”.
KJV/RSV/NIV/Lit: ‘it was said’ (= dikatakan).

Kitab Suci Indonesia menterjemahkan ‘difirmankan’. Penggunaan kata  ‘firman’  menunjukkan bahwa itu merupakan kata-kata Allah/Perjanjian Lama, dan ini salah.
Kalau Yesus mengutip Perjanjian Lama, maka istilah yang biasa digunakan adalah:
Ø  ‘Ada tertulis’ (It is written / It has been written), seperti dalam Matius 4:4,7,10.
Ø  ‘Tidakkah kamu baca’, seperti dalam Matius 12:3,5;  Matius 19:4;  Matius 22:31.

Sebetulnya terjemahannya adalah ‘it was said’ (= dikatakan), seperti dalam Kitab Suci bahasa Inggris, dan ini tidak menunjuk pada kata-kata Allah, tetapi pada kata-kata / ajaran ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Hal yang sama terjadi pada ayat 27,31,33,38,43.

B.    MARAH.
 Kalau kita perhatikan kalimat yang marah pasti ada tindakan amarah yang telah terjadi atau pasti ada orang yang sedang marah, sehingga orang lain yang mendengarkan tidak suka dan keuarlah statement kata Jangan Marah. Kalau kita perhatikan atau melihat orang yang sering marah rasanya kita tidak nyaman dengan orang yang suka marah atau saudara sendiri juga barangkali sering marah, sehingga saudara tidak disukai oleh orang lain.
Nah dengan penjelasan ayat diatas supaya kita Jangan/Tidak Marah. Saya mau menjelaskan sedikit tentang kata Marah.

Tidak semua kemarahan adalah dosa.
Ayat 22a (KJV): ‘But I say unto you, That whosoever is angry with his brother without a cause shall be in danger of the judgment’ (= Tetapi Aku berkata kepadamu: Bahwa siapapun yang marah kepada saudaranya tanpa alasan akan ada dalam bahaya penghakiman).
Kata-kata ‘without a cause’ (= tanpa alasan) hanya ada dalam manuscripts tertentu.
Kitab Suci jelas tidak menganggap semua kemarahan sebagai dosa. Ini terlihat dari:
Ø  Yesus berulangkali marah (Markus 3:5;  Yohanes 2:13-17), tetapi dikatakan tidak berdosa (Ibrani 4:15).
Ø  kemarahan jemaat Efesus terhadap rasul-rasul palsu dipuji (Wahyu 2:2), dan sebaliknya ke‘sabar’an jemaat Korintus terhadap rasul-rasul palsu justru dikecam (2 Korintus 11:4).
Ø  Ef 4:26 yang berbunyi: ‘Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu’, jelas menunjukkan bahwa ‘marah’ tidak selalu identik dengan ‘dosa’, dan bahwa kita bisa marah tetapi tidak berdosa.

Kemarahan yang benar biasanya adalah kemarahan yang dilandasi oleh kasih, dan ditujukan terhadap dosa, ketidak-adilan, penindasan, dan kesesatan.
Contoh:
Ø  orang tua yang marah kepada anak yang nakal.
Ø  orang kristen yang marah karena adanya ajaran sesat atau karena adanya korupsi dalam gereja.
Ø  kita marah karena adanya terorisme.
Ø  kita marah mendengar orang yang bersalah dibebaskan / orang yang tidak bersalah dihukum oleh pengadilan.

Perlu dicamkan bahwa sekalipun kemarahan seperti ini merupakan kemarahan yang benar, tetapi kalau perwujudannya kelewat batas maka itu menjadi salah / dosa. Misalnya kalau kemarahan terhadap anak diwujudkan dengan memaki anak atau memukul sehingga mencederai anak tersebut.

Tetapi jelas ada banyak kemarahan yang memang merupakan dosa, dan mungkin sebagian besar kemarahan kita, tidak bisa disebut sebagai ‘holy anger’ (= kemarahan yang suci), dan memang merupakan dosa. Dan ini dihubungkan oleh Yesus dengan hukum ke 6 (ayat 21). Jadi, kemarahan seperti itu merupakan pembunuhan dalam hati / pikiran.

Kata tidak marah ialah kalau ia sama sekai tidak mempunyai perasaan kasar atau jahat kepada sesamanya.
Ada 3 tahap hukuman yang dapat diterima dengan tahap-tahap kemarahan :
1.     Marah terhadap saudaranya.
Bahasa Yunaninya “ORGIZESTHAI” dan ada kata marah yaitu :
a.    THUMOS.
Kemarahan seperti nyala api yang keluar dari bahan yang mudah terbakar.
b.    ORGE.
Kemarahan sebagai sesuatu yang berurat dan berakar dan sulit dihilangkan.

Inilah kemarahan yang dikutuk Tuhan Yesus, Yakobus 1:20, Kolose 3:8.

2.    Kemarahan berubah menjadi kata-kata fitnah dan penghinaan.
RHAKA = tolol, tak berotak, dan berkepala kosong. (dosa kesombongan).
Kata Rhaka ini hanya dipakai oleh orang-orang yang sombong dan berhati tinggi, yang selalu menghina serta merendahkan sesamanya.

Dosa Kesombongan :
     1.     Kebanggaan asal-usul diri pribadi.
     2.    Gengsi.
     3.    Kedudukan dan uang.
     4.    Ilmu Pengetahuan.
     5.    Intelektual.

3.    Merusak nama dan Reputasi.
MOROS = tolol secara moral. Contoh : Mazmur 14;1

Yang demikian harus diserahkan kedalam Neraka yang menyala-nyala.
Neraka = GEHENNA (Matius 5:22, 29, 30; 10:28; 18:9; 23:5, 33; Markus 9:43,45,47; Lukas 12:5; Yakobus 3:6).

Di Israel yang disebut Gehena adalah sebuah tempat yang disebut Lembah Hinnom. 2 Tawarikh 28:3; 2 Raja 23:10; Markus 9:44-49.


Bekasi, 29 Juli 2013

Karyadim642.blogspot.com

21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.

22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.