Sejak kurang lebih 2.000 tahun yang lalu ketika
kitab Wahyu selesai ditulis oleh Rasul Yohanes (yang penulisannya ini saja
masih diperdebatkan sampai sekarang, apakah benar yang menulis kitab wahyu itu
Rasul Yohanes, atau Yohanes yang lain, atau juga penulisnya adalah muridnya
yang membantu untuk menulis), maka sejak itu banyak orang-orang percaya yang
menafsirkan Kitab Wahyu dari berbagai kapasitas dan kualitas ilmu yang mereka
miliki, sehingga menimbulkan perdebatan yang panjang, sampai hari inipun masih
terus diperdebatkan, dari hasil pengembangan teolog-teolog yang ada didunia
ini, maka terbentuklah 3 (tiga) aliran utama tentang akhir jaman, yang coba
saya ringkas dalam catatan saya hari ini :
1.
Aliran
Amillenialisme.
2.
Aliran
Premilenialisme.
3. AliranPostmillenialisme.
1. Amillenialisme.
Yang
pertama kali diperkirakan timbulnya pandangan ini, ialah oleh Agustinus tahun
354-430 M, melalui tulisannya City of God, dia berpendapat secara Literal bahwa
Tuhan Yesus akan datang seribu Tahun setelah kenaikan, tetapi ketika seribu
Tahun sudah lewat dan tanpa kedatangan Tuhan Yesus, mereka kembali menafsirkan
tapi secara rohani dengan pendapat Kerajaan Seribu Tahun adalah seluruh masa
antara kedatangan Pertama sampai dengan kedua kalinya. Dan pandangan
Amilenialisme ini dilanjutkan seterusnya oleh Gereja Katholik Roma, sebagian
besar Gereja Protestan dan oleh para Reformator Martin Luther, John Calvin, dan
lain-lain.
Para
penganut Amillenialisme percaya kerajaan Kristus sudah ada sejak zaman kedatanganNya
yang pertama dan sampai kedatangan yang kedua kali. Dan Amillenialisme
berpendapat bahwa Kerajaan Seribu Tahun itu tidak ada sebelum dunia berakhir.
Dan dikalangan Amillenialis ada dua perbedaan pendapat mengenai Kerajaan Seribu
Tahun. :
a.
Pendapat
pertama, Penggenapan nats-nats millenium terjadi dimasa kini dengan adanya
gereja dibumi.
b.
Pendapat
kedua, menyatakan penggenapan itu terjadi dengan adanya orang-orang suci
sekarang ini di surga
Dan kedua pandangan ini tetap sepakat/setuju bahwa
tidak ada kerajaan Seribu Tahun dibumi dimasa mendatang. Serta Amillenialisme
menggunakan prinsip penafsiran yang bersifat non-literal atau rohani pada
bagian eskatologi. Dan mereka tidak percaya periode Kesusahan tujuh tahun harafiah
sebelum kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, dan Periode
Pemerintahan seribu tahun secara literal setelah
kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
2. Aliran
Premilenialisme.
Aliran
ini mempercayai pandangan yang menyatakan bahwa kedatangan Tuhan Yesus yang
kedua kali akan terjadi sebelum seribu tahun, dan Ia akan mendirikan
Kerajaan-Nya di bumi ini selama seribu tahun, kedatangan Yesus kedua kalinya
terjadi pada periode terakhir dari Kesusahan besar (Great Tribulation). Dan
menganut metode penafsiran yang harfiah atau normal. Pada permulaan Gereja
secara umum memegang pandangan ini. Dan pandangan ini ada pada Papias,
Tertulian, Clemen, dari Roma, Barnabas, Ignatius, Polikarpus, Justin Martir.
Setelah abad ketiga pandangan ini mulai berkurang setelah Agustinus menerbitkan
tulisan City of God pada tahun 354-430, maka dimulailah pandangan
Amillenialisme ini, tapi pada pertengahan abad ke sembilan belas sampai saat
ini pandangan Premillenialisme mulai bangkit kembali. Dan sekarang pengajaran
tentang Premilenialisme akhir-akhir ini sangat populer, dan para Premelinialisme modern adalah Charles Ryrie, John
Walvoord, Dwight Pentecost, James Montgomery Boice, Hal Lindsey, Charles Swindoll, Ernest R sandeen, C Norman Kraus.
Dan
aliran Premelianialisme meyakini kerajaan seribu Tahun merupakan kerajaan yang
harafiah, fisik dan ada dibumi selama seribu Tahun
dimana Tuhan Yesus Kristus memerintah dan bertahkta atas
bumi di Yerusalem dalam kebenaran, kedamaian, dan sukacita. Dan iblis akan
diikat selama 1000 tahun pemerintahan Tuhan Yesus (Wahyu 20:1-3).
3. Aliran
Postmillenialisme
Aliran
ini mulai menonjol diabad ke delapanbelas dan kesembilanbelas, karena pada
abad-abad ini kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, dan revolusi industri,
sehingga timbulah gagasan bahwa manusia dapat mendirikan kerajaan Tuhan,
orang-orang Liberal ini yang mengharapkan suatu masa keemasan pada masa yang
akan datang melalui usaha manusia, yang jelas sangat tidak Alkitabiah. Dan
mereka menganggap Gereja yang memenuhi Amanat Agung akan menjadi alat untuk
menghadirkan Kerajaan Seribu Tahun dibumi ini.
Penganut
Postmillenium percaya kedatangan Kristus pada akhir Kerajaan Seribu Tahun. Dan
pemerintahanNya itu secara rohani dan Politis. Menurut pandangan ini Kerajaan
Seribu tahun tidaklah harafiah, melainkan dengan pengabaran injil oleh gereja
pada zaman ini dan zaman keemasan akan tiba sampai semua manusia di Pertobatkan,
dan itu akan membuat dunia semakin baik, contoh yang telah terlihat :
a.
Kondisi
sosial sudah membaik dibanyak tempat, contoh: status perempuan sudah diperbaiki
dimana saja injil sudah diterima.
b.
Alkitab
tetap menjadi buku yang terlaris didunia.
c.
Penyebaran
Injil disebarluaskan dengan banyak cara, Radio, TV, Literatur, buku, internet
dan lain-lain.
Postmillenialisme percaya berdasarkan ayat-ayat
ini, Mazmur 2:8; 22:28; 47;72; 86:9; Yesaya 2:2-4; 11:6-9; Yeremi 31:34; Daniel
2:35,44; Mikha 4:1-4, harus digenapi terlebih dahulu sebelum Kedatangan Kristus
yang sebaliknya Premillenilisme berpendapat ayat-ayat diatas akan terjadi
setelah kedatangan Kristus.
Tokoh-tokoh Postmillenialisme adalah Loraine
Boettner, Joachim dari Flore, Daniel Whiteby, Charles Hodge.
Dan yang menarik adalah pada para pelopor
Amillenialisme sudah menjadi Postmillenialisme sebab kepercayaan mereka kepada
Teonomi (satu keadaan yang diperintah oleh
Tuhan), dan penganut teonomi ini melakukan penaklukan dunia dengan Ilmu
Pengetahuan, pendidikan, seni dan segala hal yang untuk menyatakan kekuatan
Allah.
Demikian penjelasan ringkas tentang aliran-aliran
yang berkembang tentang Pemerintahan Seribu Tahun yang jelas dari ketiga aliran
besar tersebut diataspun masih ada aliran-aliran yang berkembang diantara
ketiga aliran besar tersebut. Kiranya bisa mencerahkan sedikit untuk kita
orang-orang percaya yang sanagat merindukan kedatangan Yesus yang kedua kali.
Syalom.
Bekasi, 1 Maret 2013