Olahraga apa yang paling populer di AS? Mungkin
banyak orang Indonesia akan menjawab: Basketball atau Baseball. Ternyata
jawaban itu salah. Kesalahan ini bisa dipahami karena orang Indonesia lebih
kenal dengan kedua cabang olahraga tersebut.
Jawaban yang benar adalah American Football (AF). Saya sendiri
baru mengenal olahraga ini ketika mendapat kesempatan kuliah di AS, yaitu tahun
1989 di Philadelphia, dan tahun 1991-96 di Pittsburgh, keduanya di negara
bagian Pennsylvania. Kebetulan kedua kota tersebut memiliki tim AF yang cukup
kuat.
Popularitas dari AF terbukti dari larisnya tayangan acara TV dari
kompetisinya, terutama saat acara puncak - The Super Bowl. Super Bowl adalah
acara grand final penentuan tim AF terbaik setiap tahunnya. Acara tersebut
biasanya dilaksanakan setahun sekali, setiap akhir Januari atau awal Februari.
Tradisi ini sudah berlangsung selama 48 kali sejak pertama kali diadakan pada
tanggal 15 Januari 1967.
Sembilan dari sepuluh tayangan TV terpopuler sepanjang masa di
AS adalah acara Super Bowl. Super Bowl 48, 2 Februari 2014, disiarkan langsung
di 180 negara dalam 25 bahasa. Tarif slot iklan TV berdurasi 30 detik pada
acara ini adalah US$ 4 juta (sekitar hampir Rp 50 milyar). Harga tiket masuk di
pasar gelap mencapai US$ 10.000 (sekitar Rp 120 juta) per lembar. Dampak
ekonomi di AS, berupa konsumsi pernak-pernik aksesoris, iklan, makanan dan
minuman, dan barang/jasa komersial lain
seputar Super Bowl 48 diperkirakan mencapai 12,3 milyar dollar AS (sekitar Rp
150 trilyun). Ternyata olahraga bisa menjadi bisnis yang sangat besar nilainya.
Liga sepakbola AS dinamakan National Football League
atau NFL, terdiri dari 32 tim dari seluruh penjuru AS. NFL dibagi menjadi dua
grup besar (disebut Conference): American Football Conference (AFC) dan
National Football Conference (NFC), yang masing-masing terdiri dari 16 tim. AFC
dan NFC masing-masing dibagi menjadi 4 pool/divisi yang terdiri dari 4 tim.
Musim pertandingan berlangsung mulai dari bulan Agustus sampai dengan Desember
setiap tahunnya. Setiap tim bertanding 16 kali: 6 kali melawan tim di dalam
pool yang sama, 6 kali melawan tim di luar pool tapi di dalam conference yang sama,
dan 4 kali melawan tim dari conference yang berbeda.
Di akhir musim kompetisi terpilih tim-tim terbaik untuk
bertanding dengan sistem gugur untuk menentukan juara conference. Juara dari
conference (AFC dan NFC) bertemu di grand final, yaitu pertandingan yang
dinanti-nanti: The Super Bowl, untuk memperebutkan Piala NFL, yaitu Vince
Lombardi Trophy. Asal tahu saja, Vince Lombardi adalah pelatih yang membawa
timnya memenangkan dua Super Bowl pertama.
Pada musim kompetisi 2013/2014 ini, dua tim
terbaik dari masing-masing conference -Denver Broncos (AFC) dan Seattle
Seahawks (NFC)- bertemu di Super Bowl. Broncos dan Seahawks sama-sama memilik
rekor menang-kalah 13-3. Sebelum pertandingan dimulai, sebagian besar orang
menjagokan Broncos sebagai favorit pemenangnya. Beberapa statistik yang sering
dikutip untuk mendukung argumen pendukung Broncos adalah sebagai berikut.
Pertama, Broncos adalah tim dengan kemampuan menyerang terbaik
di NFL dan paling produktif mencetak skor. Rata-rata tiap pertandingan Broncos
mencetak 37,9 poin (dalam pertandingan normal, tiap tim rata-rata mencetak
sekitar 20-an poin), sementara Seahawks hanya 26,1 poin dan peringkat daya
serangnya di bawah rata-rata (peringkat 17 dari 32 tim).
Kedua, pemain jangkar
(disebut Quarter Back/QB) Broncos terkenal sangat hebat dan telah berpengalaman
ikut Super Bowl, sementara QB Seahawks tidak bisa dikatakan cemerlang bahkan
saat pertama kali direkrut masuk NFL masih jauh di bawah peringkat QB cadangan
Broncos.
Ketiga, tim Broncos sudah pernah beberapa kali masuk grand final Super
Bowl. Sebaliknya, tim Seahawks sendiri baru pertama kali ini masuk grand final
/ Super Bowl.
Meskipun bola yang digunakan berbentuk lonjong atau tidak
bundar, pepatah “bola itu bundar” sepertinya terjadi dalam pertandingan Super
Bowl 48 yang baru lalu. Sangat di luar dugaan, Seahawks berhasil
menghancur-leburkan Broncos dengan skor mencolok: 43-8.
Belajar
dari Super Bowl 48
Lantas, apa yang membuat Seahawks berhasil jika pemain
jangkarnya bukan pemain bintang? Ada beberapa hal yang bisa diambil
pelajarannya dari pertandingan Super Bowl 48 yang ditonton oleh lebih dari 113 juta
pemirsa.
Pertama, super
team lebih hebat dibanding super man. Sadar bahwa QB nya bukan super man,
Seahawks lebih mengandalkan kerjasama tim yang kompak dan prima.
Kedua, daya
serang Broncos bagus, namun mereka sering terlalu overconfident sehingga kehilangan
bola.
Ketiga, dan
yang terpenting, pertahanan tim Seahawks sangat bagus, peringkat teratas di
NFL. Seahawks berhasil menahan tim-tim lawan sehingga rata-rata tim lawan hanya
mencetak 14,4 angka per pertandingan (dibanding normalnya sekitar 20-an angka).
Pemeo dalam pertandingan AF: “Strong offense wins games but
strong defense wins championship” (Tim dengan daya serang yang kuat akan
memenangkan banyak pertandingan, tetapi yang menjadi juara adalah tim yang
memiliki pertahanan hebat).
Kombinasi faktor pertama, kedua dan ketiga
berakibat fatal bagi Broncos. Sejak awal pertandingan, pertahanan kuat Seahawks
memandulkan daya serang Broncos. Alhasil, Elang Laut (Seahawks) Seattle pun
berhasil meluluh-lantakkan Kuda Liar (Broncos) Denver di tahun baru Kuda Kayu.
Pertandingan Super Bowl tersebut banyak kesamaannya dengan
persaingan bisnis. Secara umum, perusahaan yang terlihat bagus di atas kertas
atau pada pandangan pertama belum tentu benar-benar bagus kinerja riilnya. The
proof of the pudding is in the eating. Bukti enaknya suatu ‘kue’ pudding adalah
setelah kita memakannya, bukan dari tampak luarnya saja.
Selain itu ada lagi pelajaran spesifik dari bencana Broncos.
Pertama, banyak
perusahaan terlalu mengandalkan pemain bintang atau super man / super star,
padahal yang dibutuhkan oleh bisnis dalam jangka panjang adalah super team.
Perusahaan yang mengandalkan super star bisa saja menang atau menonjol pada
periode terbatas, namun dalam jangka panjang akan terlibas. Pemimpin bisnis
yang kharismatis harus mempersiapkan sistem dan tim manajemen yang solid demi
kelangsungan bisnisnya di masa depan.
Kedua,
perusahaan yang terlalu agresif berekspansi tanpa diimbangi dengan penataan
manajemen dan administrasi organisasi internalnya mudah tumbang. Ini mirip
seperti pohon yang bertumbuh pesat namun batangnya rapuh. Ada angin yang
sedikit kencang saja akan mengakibatkan pohon tersebut tumbang.
Ketiga,
perusahaan yang lupa mempertahankan bisnis inti dan pelanggan lamanya dan
kurang melakukan manajemen risiko, cenderung jatuh. Menyerang itu penting,
namun bertahan tidak boleh dilupakan.
Jadi, bila anda ingin bisnis anda berhasil secara
berkesinambungan, kesalahan Kuda Liar Denver perlu dihindari dan resep sukses
tim Elang Laut Seattle boleh ditiru: Kerjasama tim dan keseimbangan antara
menyerang dan bertahan.
Prof. Roy Sembel
Guru besar Ekonomi Keuangan dan Praktisi Bisnis di Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar