karyadim642.blogspot.com |
I. Bidang studi ini bias karena asumsi yang harus
dibuat bahkan untuk mengejar pemikiran secara rasional mengenai pokok masalah
ini.
Asumsi-asumsi tersebut harus menjadi fokus dari
suatu evaluasi dari pendapat-pendapat yang berlainan yang diungkapkan oleh para
ahli kosmologi, geologi, dan ilmu-ilmu yang terkait dibandingkan dengan
pemahaman dan interpretasi teologis.
II. Bagi Ilmu Pengetahuan asumsi-asumsi yang nampak
adalah:
A.
Bahwa tingkat perubahan (yaitu, jasmaniah, kimiawi, dan
biologis) yang dicatat dan diukur pada bumi saat ini adalah konstan di masa
lalu (yaitu, uniformitarianisme, “saat ini adalah kunci dari masa lalu”)
B. Penanggalan radiometris (disebut penanggalan absolut), yang
merupakan kunci kronologis untuk penanggalan bumi dan peristiwa-peristiwa
kosmik, “which is the chronological key to dating the earth and cosmic events”,
dibingungkan oleh beberapa asumsi:
1. komposisi
asli batuan-batuan (yaitu hubungan dari elemen induk dan anak dari
elemen-elemen atomik yang tidak stabil)
2.
setengah-kehidupan dari elemen-elemen ini.
3. suhu juga
mempengaruhi persentase induk dan anak dalam suatu sampel (yaitu, waktu
pembentukan dan/atau ruangan-ruangan magma vulkanik)
4. Sumber
dan waktu asli dari pencipaan elemen-elemen radio aktif tidak pasti.
Teori-teori saat ini menyatakan bahwa elemen-elemen yang lebih berat diciptakan
dari reaksi-reaksi termonuklear dalam bintang generasi kedua dan ketiga dan
disebarkan oleh supernova-supernova.
C. Bahwa enam anggapan prinsip-prinsip urutan geologi (disebut
penanggalan relatif) mempengaruhi paleontologi:
1. hukum
superposisi-dalam suatu urutan pengendapan batuan yang tak terganggu, lapisan
batuan di bagian atas berumur lebih muda dan lapisan yang di bawah lebih tua.
2. prinsip
dari lapisan-lapisan horizontal asli dari batuan yang belum sempurna diendapkan
di dalam suatu dataran yang hampir horizontal
3. prinsip
hubungan-hubungan pemotongan silang ketika batuan terpotong atau terganti oleh
satu keretakan, batuan ini pasti lebih tua dari keretakan tersebut.
4. prinsip
pencakupan-massa batuan yang saling berdekatan, satu batuan biasanya memiliki
pecahan dari yang lebih rendah menempel di lapisan bagian atas yang meneguhkan
asumsi.
5. prinsip
korelasi-batuan yang serupa susunan bahannya namun berasal dari daerah-daerah
yang berbeda harus di cocokkan, ketika hal ini tak dapat dilakukan maka
fosil-fosil yang serupa digunakan untuki menunjukkan penanggalan yang serupa
dari pembentukannya.
6. prinsip
suksesi fosil-organisme fosil berganti satu sama lain dalam suatu urutan yang
terbatas dan dapat ditentukan:
a.
Fosil-fosil yang tersebar luas.
b. Suatu
rentang waktu geologis yang terbatas sampai pendek.
III. Beberapa
Komentar oleh para Ilmuwan
A. Kebanyakan Ilmuwan
menyadari bahwa ilmu pengetahuan yang sebenarnya adalah suatu metode penelitian
yang berusaha mengkorelasikan segala fakta dan anomali yang diketahui ke dalam
suatu teori yang bisa diuji. Beberapa hal berdasarkan sifat alamiahnya sendiri
tidak dapat diuji.
B.
Beberapa komentar dari para ilmuwan mengenai asumsi ilmiah di bidang ini.
1. “Doktrin
tersebut (yaitu uniformitarianisme) tidak boleh di ambil secara terlalu
hurufiah. Untuk mengatakan bahwa proses-proses geologis di masa lau sama dengan
apa yang ada sekarang tidak menyarankan bahwa hal-hal ini selalu memiliki
kepentingan relatif dan beroperasi pada tingkat yang tepat sama” (Tarbuck dan
Lutgens, Ilmu Pengetahuan Bumi, ed. ke-6. hal. 262).
2.
“Pentinglah untuk menyadari bahwa suatu penanggalan radiometrik yang akurat
dapat diperoleh hanya jika mineral tersebut tetap dalam suatu sistem tertutup
selama kurun waktu pembentukannya; yaitu, suatu tanggal yang benar tidaklah memungkinkan
kecuali tanpa adanya penambahan atau pengurangan dari isotop-isotop induk atau
anaknya” (Ilmu Pengetahuan Bumi, ed. ke-6. hal. 276).
3. “Kita
terburu-buru untuk menekankan bahwa keseragaman/uniformitas adalah suatu asumsi
yang kita buat mengenai alam, demikian pula merupakan suatu doktrin lebih dari pada
suatu hukum yang telah terbukti secara logis” (Dott dan Balten, Evolusi Bumi,
ed. ke 4. hal. 44).
4.
“Konstanta-kontanta pembusukan yang mencirikan tingkat pembusukan radio aktif,
dan mengatur hubungan antara data isotopik dan pasangan umur-umur isotopik
radio tidak diketahui secara tepat. Konsekuensinya, keakuratan dari beberapa
metode penanggalan yang paling teliti, seperti teknik 40Ar/39Ar, mungkin
menjadi suatu urutan yang besar atau jauh lebih buruk lagi daripada
ketelitiannya (“Perkembangan dan tantangan dalam geokronologi” oleh Renne,
Ludwig dan Karner dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan (2000), 83 (1), 107).
5. “Orang
tanpa pelatihan ilmu pengetahuan mungkin tidak bisa memahami bahwa metode
penanggalan radio aktif apapun hanya bisa dipercaya untuk sampel dengan umur
mendekati setengah kehidupan dari elemen yang dipertanyakan (Hugh Ross, laporan
berkala, Alasan-alasan untuk Percaya).
IV. Asumsi-asumsi bukanlah keunikan masyarakat
ilmiah namun ternyata juga ada dalam masyarakat agamawi.
A.
Manusia
terhanyut kepada suatu prinisip dan model pemersatu untuk mengkorelasikan
pengalaman akal mereka dan menyediakan kestabilan emosional. Dalam Ilmu
Pengetahuan prinsip pemersatu ini adalah
“evolusi”
1. Theodosius Dobzhansky, “Manusia yang berubah,” Ilmu Pengetahuan,
155, 409-415, “Evolusi adalah suatu proses yang telah menghasilkan kehidupan
dari yang bukan kehidupan, yang telah menimbulkan manusia dari
binatang-binatang, dan yang bisa diperkirakan akan terus melakukan hal-hal yang
luar biasa di masa depan.”
2. Brian J. Alters dan Sandra M. Alters, Mendefinisikan Evolusi,
hal. 104, “evolusi adalah konteks dasar dari seluruh ilmu pengetahuan biologis..
.evolusi adalah suatu kerangka kerja penjelasan, teori pemersatu. Hal ini tak
boleh tidak ada dalam pelajaran biologi, sama seperti teori keatoman yang harus
ada dalam pelajaran kimia.”
B.
Bagi
banyak orang Kristen konservatif teori pemersatunya (yaitu penafsiran) telah
menjadi suatu penafsiran hurufiah dari Kejadian 1-2.
Ini benar bagi para penganut literalisme bumi muda (Lembaga Penelitian
Penciptaan yang menanggali bumi kira-kira berumur 10,000 tahun) dan para
penganut literalisme bumi tua (Alasan-alasan untuk Percaya yang menanggali bumi
atas dasar geologi modern yaitu sekitar 4.6 milyar tahun).
Penafsiran seseorang akan Kitab Suci
menjadi suatu lensa yang digunakan untuk memandang dan mengevaluasi segalanya.
Seseorang tak bisa menyalahkan asumsi subyektif, karena semua pengetahuan
manusia pada tingkat tertentu bersifat pra-suposisi. Namun demikian,
pengevaluasian dari prasuposisi seseorang sangatlah menentukan bagi suatu
pengevaluasian yang tepat mengenai pernyataan-pernyataan “kebenaran” mereka.
C.
Kekristenan
Fundamental mencoba untuk memakai suatu argumentasi “ilmiah” padahal masalah pokoknya
adalah suatu metodologi hermeneutika.
Ini tidak mengisyaratkan bahwa “ilmu
pengetahuan evolusi moderen” tak bersifat pra-suposisi atau bahwa
kesimpulan-kesimpulannya tidak dibentuk oleh suatu pandangan dunia apriori.
Kita harus berhati-hati dan bersikap analitis terhadap keduanya.
Sepertinya ada bukti-bukti di kedua
pihak. Saya harus bertanya pada diri saya sendiri kepada pandangan yang mana
saya secara alamiah, emosional atau pendidikan terhanyut (yaitu asumsi kepuasan
diri)?
Bekasi, tgl. 13 Maret 2014
Karyadim642.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar