Senin, 23 September 2013

REPENTANCE/pertobatan

karyadim642.blogspot.com
Pertobatan (sejalan dengan iman) adalah syarat perjanjian dari baik:
 Perjanjian Lama (Nacham, 1 Raja 8:47; Shuv, 1 Raja 8:48; Yehezkiel 14:6; 18:30; Jo 2:12-13; Zakaria 1:3-4) dan Perjanjian Baru.

1. Yohanes Pembaptis (Matius 3:2; Markus 1:4; Lukas 3:3,8)
2. Yesus (Matius 4:17; Markus 1:15; 2:17; Lukas 5:32; 13:3,5; 15:7; 17:3)
3. Petrus (Kisah 2:38; 3:19; 8:22; 11:18; 2 Petrus 3:9)
4. Paulus (Kisah 13:24; 17:30; 20:21; 26:20; Roma 2:4; 2 Korintus 2:9-10)

Namun apakah pertobatan itu? Apakah penderitaan? Apakah merupakan penghentian dosa?
Pasal terbaik dalam Perjanjian Baru untuk pemahaman konotasi-konotasi yang berbeda dari konsep ini adalah 2 Korintus 7:8-11, dimana tiga istilah Yunani yang saling berhubungan dan berbeda artinya digunakan.
1. “penderitaan” (lupē. ay. 8 [dua kali], 9 [tiga kali], 10 [dua kali], 11).
2. “pertobatan” (metanoeō, lih. ay. 9,10). Ini adalah gabungan dari kata “setelah” dan “pikiran”, yang menyatakan adanya suatu pemikiran baru, cara berpikir yang baru, sikap yang baru terhadap kehidupan dan Allah. Ini adalah pertobatan yang benar.
3. “penyesalan” (metamelomai, 8 [twice], 10). Ini adalah gabungan kata “setelah” dan “kepedulian”. Kata ini digunakan mengenai Yudas di Matius 27:3 dan Esau di Ibrani 12:16-17. Hal ini menyatakan penderitaan sebagai akibat dari konsekuensi bukan atas perbuatan.

Pertobatan dan iman adalah tindakan perjanjian wajib (lih. Markus 1:15; Kisah 2:38,41; 3:16,19; 20:21).
Ada beberapa naskah yang menyatakan bahwa Allah memberikan pertobatan (lih. Kisah 5:31; 11:18; 2 Timotius 2:25). Namun kebanyakan naskah memandang hal ini sebagai sesuatu tanggapan perjanjian dari manusia yang merupakan keharusan terhadap penawaran Allah akan keselamatan yang cuma-cuma.

Definisi istilah Ibrani dan Yunani sangat diperlukan untuk dapat mencakup arti pertobatan. Bahasa Ibrani mensyaratkan “suatu perubahan tindakan”, sementara Yunani mensyaratkan “Perubahan Pikiran”. Orang yang diselamatkan menerima pikiran dan hati yang baru. Ia akan berpikir dan hidup berbeda dengan sebelumnya.


Bukannya “Mana yang untuk aku?”, sekarang pertannyaannya, “Apa yang dikehendaki Allah?” Pertobatan bukan suatu emosi yang akan memudar atau suatu ketidak berdosaan total, namun hubungan yang baru dengan Yang Kudus, yang akan mengubah seorang yang percaya secara progresif menjadi orang yang kudus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar