A. Ada perbedaan besar atas pengidentifikasian frasa
“anak-anak Allah.” Telah ada tiga penafsiran utama
1. frasa ini
menunjuk pada garis keturunan Set yang saleh (Kejadian 5, lihat catatan pada
4:14)
2. frasa ini
menunjuk pada sekelompok makhluk-makhluk kemalaikatan
3. frasa ini
menunjuk pada raja-raja atau tirani-tirani dari garis keturunan Kain (lih. Kejadian
4)
B. Bukti bagi frasa ini menunjuk pada garis keturunan Set
1. konteks kesastraan terdekat dari Kejadian 4 dan 5 menunjukkan
perkembangan dari garis keturunan Kain yang memberontak dan garis keturunan Set
yang tepilih. Oleh karena itu, bukti kontekstual sepertinya lebih condong pada
garis keturunan Set yang saleh.
2. para rabi telah terbagi mengenai pemahaman mereka mengenai perikop
ini. Beberapa menyatakan bahwa ini menunjuk pada Set (namun kebanyakan pada
malaikat).
3. frasa jamak
“anak-anak Allah,” walau paling sering digunakan untuk makhluk kemalaikatan, sangatlah
jarang menunjuk pada manusia
a. Ulangan 14:1 – “anak-anak dari YHWH Allahmu”
b. Ulangan 32:5 – “anak-anak Nya”
c. Keluaran 22:8-9; 21:6 (kemungkinan hakim Imamat)
d. Mazmur 73:15 – “anak-anak Mu”
e. Hosea 1:10 – “anak-anak Allah yang hidup”
C. Bukti bagi frasa ini merujuk pada makhluk-makhluk
kemalaikaan
1. ini telah menjadi pemahaman tradisional yang paling umum
mengenai perikop ini. Konteks yang lebih luas dari Kejadian bisa mendukung
pandangan ini sebagai satu contoh lain dari kejahatan yang adi kodrati yang
mencoba untuk menggagalkan kehendak Allah bagi umat manusia (para rabi mengatakannya
atas dasar kecemburuan)
2. frasa
jamak (“anak-anak Allah”) ini sangat banyak digunakan dalam PL untuk
malaikat-malaikat
a. Ayub 1:6
b. Ayub 2:1
c. Ayub 38:7
d. Mazmur 29:1
e. Mazmur 89:6,7
f. Daniel 89:6
3. kitab-kitab
antar perjanjian I Henokh (lih. 1 Henokh 6:1-8:4; 12:4-6; 19:1-3; 21:1-10) dan
Yobel (Ayub 5:1), yang sangat populer di antara orang percaya dalam periode PB,
sejalan dengan Apokrip Kejadian dari Gulungan Kitab Laut Mati, menafsirkannya
sebagai malaikat-malaikat pemberontak.
4. konteks terdekat dari pasal 6 sepertinya mengisyaratkan bahwa
“orang-orang perkasa jaman purba,orang termasyur” berasal dari pencampur adukan
yang tidak tepat dari urutan penciptaan ini
5.
Septuaginta menterjemahkan frasa “anak-anak Allah” ini sebagai
“malaikat-malaikat Allah”
6. 1 Henokh bahkan menyatakan bahwa Air Bah Nuh datang untuk
membinasakan persatuan manusia/malaikat yang memusuhi Allah dan rencana Nya
bagi penciptaan (lih. I Henokh 7:1 dst; 15:1 dst; 86:1 dst)
7. dalam
sastra Ugarit “anak-anak Allah” menunjuk pada anggota-anggota dari pantheon
(yaitu makhluk-makhluk yang kurang rohani)
D. Bukti
bagi frasa ini merujuk pada raja-raja atau tirani-tirani dari garis keturunan
Kain
Ada beberapa terjemahan kuno yang mendukung pandangan ini
a. Targum dari Onkelos (abad kedua M) menterjemahkan “anak-anak
Allah sebagai anak-anak bangsawan”
b. Terjemahan PL bahasa Yunani Symmachus (abad kedua M),
menterjemahkan “anak-anak Allah” sebagai anak-anak raja-raja”
c. Istilah “elohim” digunakan untuk para pemimpin Israel (lih.
Keluaran 21:6; 22:8; Mazmur 82:1,6), catat Alkitab NIV dan NET.
d. Nephilim dikaitkan pada Gibborim dalam Kejadian 6:4, Gibborim
berasal dari kata Gibbor yang berarti “seorang perkasa yang penuh keberanian;
kekuatan; kemakmuran atau kuasa
e. Penafsiran ini dan buktinya di ambil dari Kata-kata Keras
Alkitab.
E.
Bagaimana kaum “Nephilim” dari Kejadian 6:4 berhubungan dengan “anak-anak
Allah” dan “anak-anak perempuan manusia dari Kejadian 6:1-2? Catat teori –teori
ini:
1. Mereka adalah
raksasa-raksasa (lih. Bilangan 13:33) hasil persatuan antara para malaikat dan
wanita manusia.
2. Mereka tidak
berhubungan sama sekali. Secara sederhana mereka disebutkan sebagai di dunia di
jaman peristiwa Kejadian 6:1-2 dan juga setelahnya.
3. R. K. Harrison
dalam Pengantar kepada Perjanjian Lama, hal. 557, memiliki kutipan tersamar berikut,
“untuk melalaikan secara keseluruhan wawasan-wawasan antropologis yang tak
ternilai ke dalam saling keterhubungan dari Homo sapiens dan spesies pra-Adam
yang terkandung dalam perikop ini, dan yang setuju dengan para ahli yang
memiliki cukup kemampuan untuk mengejarnya.”
Ini bagi saya mengisyaratkan bahwa ia melihat kedua kelompok
ini sebagai mewakili perbedaan kelompok kemanusiaan. Hal ini akan
mengisyaratkan suatu penciptaan khusus Adam dan Hawa, namun juga suatu
perkembangan secara evolusi dari Homo erectus.
“anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik” Istilah
“cantik” secara hurufian adalah “baik” atau “wajar/cantik”. Ini telah menjadi
suatu konsep teologis kunci dari pasal 1 (khususnya 1:31). Apa yang Allah lihat
sebagai baik sekarang dilihatNya sebagai jahat (lih. ay 5-6).
“mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu,
siapa saja yang disukai mereka” Frasa pertama mengisyaratkan perkawinan yang
akan bertentangan dengan pandangan bahwa ini adalah malaikat. Namun demikian,
frasa kedua mengisyaratkan bahwa mereka wanita-wanita yang sudah pernah kawin
ataupun belum, siapapun yang mereka pilih.
Ini bisa mengisyaratkan (1) makhluk-makhluk kemalaikatan atau
(2) para pemimpin manusia yang perkasa dari garis keturunan Kain (yaitu para
tirani) yang melakukan poligami.
6:3 “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam
manusia” Istilah “tinggal” dapat diterjemahkan sebagai “berjuang keras”. Ini
bisa menunjuk pada
(1) kesabaran Allah (yaitu Ia menunda air bah
sampai bahtera selesai dibangun lih. 1 Petrus 3:20) atau
(2) jangka kehidupan manusia yang dikurangi.
Bagaimana 6:3 berhubungan dengan 6:1-2 dan 6:4? Sangatlah
sukar untuk mengikuti maksud dari si penulis asli melalui konteks ini.
Kemungkinan meskipun manusia telah bercampur dengan malaikat mereka masih akan mati.
Sebagaimana hawa “melihat” dan mengambil demikian pula sekarang “anak- anak
Allah” “melihat” dan mengambil, yaitu mengisyaratkan jenis pemberontakan yang
sama (yaitu kemungkinan menggenggam hidup kekal dan kemandirian).
“karena manusia itu adalah daging”
Sepertinya ini menambah bobot pada penafsiran bahwa orang-orang lain yang
dibicarakan di perikop ini adalah makhluk-makhluk kemalaikatan dalam
pertentangan dengan manusia
F.
Hanyalah adil untuk mengungkapkan pemahaman saya sendiri akan naskah yang
kontroversial ini.
Yang harus dimengerti bahwa naskah dalam
Kejadian adalah singkat dan tidak terlalu jelas. Para pendengar pertama Musa pasti
telah memiliki tambahan wawasan kesejarahan atau Musa menggunakan tradisi lisan
atau tertulis dari periode para kepala keluarga yang ia sendiri tidak memahami sepenuhnya.
Masalah ini bukanlah suatu pokok bahasan yang krusial. Kita sering merasa ingin
tahu akan hal-hal yang disinggung Kitab Suci namun kurang jelas. Akan sangat
tidak menguntungkanlah untuk membangun suatu teologia yang rinci atas dasar hal
ini atau kepingan-kepingan informasi alkitabiah yang serupa. Jika kita
memerlukan informasi ini Allah pasti sudah menyediakannya dalam suatu bentuk
angka lebih lengkap dan jelas.
Saya secara pribadi percaya ini adalah para malaikat dan
manusia karena:
1. penggunaan secara konsisten, walau tidak eksklusif frasa
“anak-anak Allah” bagi malaikat dalam PL.
2. Septuaginta (Aleksandria) menterjemahkan (akhir abad pertama
SM) “anak-anak Allah” sebagai malaikat-malaikat Allah”
3. kitab pseudepigraf nubuatan I Henokh (kemungkinan ditulis
sekitar 200 SM) bersifat sangat spesifik bahwa ini menunjuk pada para malaikat
(lih. pasal 6-7)
4. kaitan teologis kepada 2 Petrus 2 dan Yudas tentang para
malaikat yang berdosa dan tidak memelihara posisi mereka yang sepantasnya, Saya
tahu bahwa bagi beberapa orang ini sepertinya bertentangan dengan Matius 22:30,
namun para malaikat ini bukanlah di surga, ataupun di dalam suatu penjara
khusus (Tartarus).
5. Saya pikir bahwa
satu alasan banyaknya peristiwa dari Kejadian 1-11 ditemukan dalam budaya-budaya
lain (yaitu catatan peristiwa penciptaan yang mirip, catatan air bah yang
serupa, catatan mengenai malaikat yang mengawini perempuan manusia yang) adalah
karena semua manusia adalah bersama-sama dan memiliki suatu pengertian akan
YHWH dalam periode ini, namun setelah pemisahan Menara Babel pengetahuan ini
menjadi tergerogoti dan diadaptasikan kepada model politeistik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar