Selasa, 24 Juni 2014

MARTIN LUTHER KING, JR.

(PEJUANG HAK ASASI KAUM KULIT HITAM)
   Ada sejumlah orang ternama yang riwayatnya harus berakhir oleh butiran timah panas. Sebut saja misalnya, Presiden Abraham Lincoln yang tewas pada tahun 1865. Upayanya menghapus perbudakan dan mengupayakan perdamaian Perang Sipil Amerika menjadi rekaman penting dalam sejarah negeri tersebut.

   Kematian musisi asal Inggris, John Lennon, di negeri Paman Sam juga menjadi kisah tersendiri. Pentolan the Beatles yang pernah disebut-sebut sebagai musuh Amerika -- karena mengkritik peran Amerika dalam Perang Vietnam -- ini harus berakhir di tangan penggemarnya sendiri, Mark David Chapman, pada tahun 1980. Lennon juga diakui sebagai salah seorang yang memperjuangkan perdamaian    dengan berbagai cara.

   Tokoh besar lain yang tak kalah penting di dataran Amerika adalah Martin Luther King, Jr.. Ia dikenal sebagai orang yang sangat gigih dalam memperjuangkan kesamaan hak kaumnya, kaum Negro. Pemenang Nobel Perdamaian ini merupakan simbol bagi semua orang yang mencari keadilan dan nilai-nilai luhur manusia.

ORANG-ORANG NEGRO DAN PERBUDAKAN
   Orang-orang Negro telah mengalami perbudakan sejak awal berdirinya Amerika. Kondisi ini terus bertahan meskipun Thomas Jefferson, dalam Declaration of Independence menyuarakan,

      "all men are created equal; that they are endowed by their
      Creator with certain unalienable rights; that among these are
      life, liberty, and the pursuit of happiness."

   Deklarasi tersebut seharusnya menjamin kebebasan dan persamaan hak. Meski demikian, para budak yang kebanyakan dibawa dari Afrika tidak serta-merta mendapatkan haknya. Mereka harus mengalami perjuangan yang begitu panjang sebelum akhirnya beroleh persamaan hak. Mereka tidak memiliki peluang untuk memilih pemimpin, memulai usaha, memiliki rumah sendiri, bahkan bersekolah. Mereka tidak bias menjalani kehidupan yang mereka inginkan.

   Kondisi paling parah dialami oleh orang-orang Negro di wilayah selatan. Berbeda dengan saudara-saudara mereka di tanah utara yang beroleh kebebasan dalam banyak hal pasca-Perang Sipil Amerika, kaum Negro di selatan harus menerima perlakuan yang ditetapkan oleh Supreme Court sebagai "terpisah namun sederajat". Kaum Negro di selatan memang bisa menikmati sejumlah fasilitas yang ada, namun    fasilitas mereka terpisah dari orang-orang kulit putih. Mereka tidak bisa bekerja bersama orang kulit putih, hidup di lingkungan yang sama, bahkan tidak bisa bersekolah di sekolah yang sama dengan orang-orang kulit putih.

PERLAWANAN MENUJU KEADILAN DAN KESETARAAN
   Tahun 1955 menjadi titik mula pergerakan yang dipimpin oleh Dr. King. Pada tanggal 1 Desember 1955, Rosa Parks, seorang penjahit pakaian, menaiki sebuah bus. Kelelahan akibat berbelanja, Ny. Parks sama sekali tidak mengindahkan seruan pengemudi bus untuk memberi tempat duduknya pada penumpang berkulit putih.

   Akibatnya, Ny. Parks, yang juga anggota jemaat gereja tempat Dr. King melayani, ditahan karena dianggap menentang hukum. Ia dipaksa untuk membayar denda sebesar sepuluh dolar Amerika. Peristiwa inilah yang kemudian menyulut kemarahan kaum Negro. Semua bus di Montgomery kini berubah menjadi simbol penghinaan, ketidakadilan, dan ketidaksetaraan

   Dr. King dan rekan-rekan sekoleganya melihat peristiwa ini sebagai kesempatan yang sangat baik untuk bergerak. Ia memanfaatkan gerejanya sebagai pusat pergerakan protes terhadap ketidakadilan yang selama ini mereka terima.

   Meskipun terbakar oleh rasa kesal, Dr. King tidak serta-merta menyerukan revolusi. Dalam menjalankan aksi protesnya, Dr. King mengadopsi gaya tokoh besar India, Mohandas Gandhi yang dikenal juga sebagai Mahatma Gandhi (tokoh asal India yang juga menginspirasi Lennon). Perjuangan menuntut keadilan dan kesetaraan ini pun dilakukan dengan jalan damai. Aksi yang mereka gelar meliputi segala tindakan antikekerasan dan sikap pasif terhadap hukum yang dinilai tidak adil.

   Seiring dengan terpilihnya Dr. King sebagai presiden Montgomery Improvement Association pada 5 Desember 1955, secara resmi pula dia menjadi juru bicara aksi boikot yang dilancarkan. Ia menyerukan kepada seluruh kaum Negro di Montgomery untuk tidak lagi menaiki bus. Aksi ini terus berlangsung selama 382 hari. Setiap orang negro memilih untuk berjalan demi mendapatkan kebebasan dan keadilan.

   Pada 28 Agustus 1963, Dr. Martin Luther King, Jr. menyampaikan pidatonya yang monumental. Pada hari yang cukup cerah itu, di hadapan lebih dari 250.000 orang, seperlimanya kulit putih, yang berkumpul di Lincoln Memorial, Dr. King membakar semangat orang-orang yang hadir.

   Semula, Dr. King sudah mempersiapkan pidato pendek yang formal untuk orang-orang Afro-Amerika dalam rangka mewujudnyatakan kemerdekaan mereka dalam masyarakat yang terbelenggu oleh diskriminasi. Hanya saja, seruan Mahalia Jackson, seorang penyanyi gospel membuatnya menyampaikan seruan yang kemudian menjadi pernyataan hak-hak sipil di Amerika. Pidato monumental tersebut dikenal sebagai "I Have A Dream".

MASUK-KELUAR PENJARA
   Penjara menjadi bagian dalam kehidupannya. Dr. King dipenjara untuk pertama kalinya pada 1960. Setelah melakukan aksi duduk di Greenboro, Carolina Utara, Dr. King kembali melakukan aksi serupa di restoran-restoran di Atlanta. Ia dipenjara selama empat bulan, namun dibebaskan setelah John Kennedy dan Robert Kennedy mengintervensi.

   Ia kembali dipenjara pada tanggal 27 Juli 1962 setelah pergerakan di Georgia yang dipimpinnya menemui kegagalan.

   Pernah juga ia ditangkap bersama Ralph Abernathy karena melakukan demonstrasi tanpa izin. Dan selama sebelas hari mendekam dalam penjara, ia menulis suratnya yang terkenal dari balik penjara Birmingham.

   Sepanjang hidupnya, sampai ia meninggal pada 4 April 1968, Dr. King telah dipenjara sebanyak dua puluh kali dan empat kali mengalami siksaan akibat perjuangannya.

   Sepanjang hidupnya, Dr. King tidak pernah berhenti untuk menyuarakan keadilan dan kesetaraan hak-hak manusia. Meskipun hidupnya harus berakhir di tangan pembunuh gelap, jerih lelahnya bukannya tidak menghasilkan apa-apa. Semenjak gerakan pertama pada tahun 1955, ia berhasil memperjuangkan hak-hak kaum Negro. Dengan kepemimpinannya yang kuat, dibarengi juga dengan kemampuan berpidato yang belum pernah ada sebelumnya, ia memberi kekuatan bagi banyak warga Negro yang selama bertahun-tahun menerima ketidakadilan.

Upayanya ini membuka jalan bagi penerapan hukum baru yang jauh lebih adil.    Setidaknya, ada tiga wadah yang ia gunakan dalam pergerakannya:
1.  mimbar gereja, Montgomery Improvement Association, dan Southern    Christian Leadership Conference.
2. Montgomery Improvement Association merupakan organisasi yang dibentuk oleh warga kulit hitam untuk mengorganisir pemboikotan menyusul penahanan Rosa Parks.
3. Sedangkan wadah terakhir merupakan organisasi yang dibentuk oleh Dr. King pada tahun 1957 yang bertujuan mempersiapkan para pemimpin baru bagi gerakan yang kini tengah berkembang itu. Ia sendiri terpilih menjadi presiden organisasi tersebut.

   Ada banyak penghargaan yang ia peroleh, termasuk sederet gelar doktor kehormatan yang diperolehnya dari berbagai tempat. Pada tahun 1963, majalah "TIME" memilihnya sebagai "Pria Tahun Ini".

   Kegigihannya membuat dirinya tidak hanya secara simbolik menjadi pemimpin kaum kulit hitam Amerika, tapi juga menjadi figur dunia.

   Lalu, berkat usaha kerasnya yang tentu saja didukung oleh begitu banyak warga kulit hitam lain, Perjanjian Birmingham akhirnya disepakati pada 10 Mei 1963. Perjanjian tersebut mengakhiri praktik pengucilan (segregasi) yang selama ini diberlakukan bagi kaum Negro di toko-toko, sekolah-sekolah, dan restoran-restoran.

   Dr. King juga menjadi penerima hadiah Nobel Perdamaian termuda --  dalam usia 34 tahun. Uang hadiah yang ia peroleh -- $54.123 -- ia sumbangkan untuk perjuangan persamaan hak.

DARI LINGKUNGAN BAPTIS
   Pemimpin pergerakan yang dilahirkan dengan nama Michael Luther King, Jr. ini lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga Baptis.

   Kakeknya sudah menjadi pendeta Baptis di Ebenezer Baptist Church di Atlanta. Demikian pula dengan ayahnya, Martin Luther King, Sr..

   Dr. King sendiri melayani sebagai pendeta pembantu, menyertai ayahnya sejak 1960 hingga meninggal pada 1968.

Meski demikian, segenap hidupnya lebih banyak ditujukan bagi perjuangan persamaan hak sesamanya daripada berkhotbah di balik mimbar. Ia melihat bahwa panggilannya yang lebih besar adalah menyuarakan hak-hak sesamanya, ketimbang berkhotbah. Hal ini pulalah yang mungkin menyebabkan dirinya mengundurkan diri sebagai pendeta penuh di Dexter Avenue Baptist Church di tahun 1959.

AKHIR HIDUP
   Jelang aksi protes berikutnya guna memperjuangkan hak para pekerja kebersihan kulit hitam di Memphis, Tennessee, Dr. King harus menemui ajalnya. Sore hari pada tanggal 4 April 1968, ketika berdiri di balkon Lorraine Motel, James Earl Ray menembaknya, tepat di bagian tenggorokan. Penembakan tersebut terjadi sekitar pukul 18:01. Ia dinyatakan meninggal di Rumah Sakit St. Joseph pukul 19:05.


   Amerika berkabung kehilangan pejuang hak yang gigih ini. Presiden Lyndon B. Johnson menyerukan hari berkabung nasional untuk mengenang pemimpin perjuangan hak sipil ini.  Untuk menghormati perjuangannya, setiap hari Senin pada pekan ketiga bulan Januari, dinyatakan sebagai hari Martin Luther King, Jr.. Hari libur nasional ini diresmikan pada 2 November 1986.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar