(PEJUANG HAK ASASI KAUM KULIT HITAM)
Ada sejumlah orang ternama yang riwayatnya harus berakhir
oleh butiran timah panas. Sebut saja misalnya, Presiden Abraham Lincoln yang
tewas pada tahun 1865. Upayanya menghapus perbudakan dan mengupayakan
perdamaian Perang Sipil Amerika menjadi rekaman penting dalam sejarah negeri
tersebut.
Kematian musisi asal
Inggris, John Lennon, di negeri Paman Sam juga menjadi kisah tersendiri.
Pentolan the Beatles yang pernah disebut-sebut sebagai musuh Amerika -- karena
mengkritik peran Amerika dalam Perang Vietnam -- ini harus berakhir di tangan penggemarnya
sendiri, Mark David Chapman, pada tahun 1980. Lennon juga diakui sebagai salah
seorang yang memperjuangkan perdamaian dengan berbagai cara.
Tokoh besar lain
yang tak kalah penting di dataran Amerika adalah Martin Luther King, Jr.. Ia
dikenal sebagai orang yang sangat gigih dalam memperjuangkan kesamaan hak
kaumnya, kaum Negro. Pemenang Nobel Perdamaian ini merupakan simbol bagi semua
orang yang mencari keadilan dan nilai-nilai luhur manusia.
ORANG-ORANG
NEGRO DAN PERBUDAKAN
Orang-orang Negro
telah mengalami perbudakan sejak awal berdirinya Amerika. Kondisi ini terus
bertahan meskipun Thomas Jefferson, dalam Declaration of Independence
menyuarakan,
"all men are created equal; that they
are endowed by their
Creator with certain
unalienable rights; that among these are
life, liberty, and the
pursuit of happiness."
Deklarasi tersebut
seharusnya menjamin kebebasan dan persamaan hak. Meski demikian, para budak
yang kebanyakan dibawa dari Afrika tidak serta-merta mendapatkan haknya. Mereka
harus mengalami perjuangan yang begitu panjang sebelum akhirnya beroleh
persamaan hak. Mereka tidak memiliki peluang untuk memilih pemimpin, memulai
usaha, memiliki rumah sendiri, bahkan bersekolah. Mereka tidak bias menjalani
kehidupan yang mereka inginkan.
Kondisi paling
parah dialami oleh orang-orang Negro di wilayah selatan. Berbeda dengan
saudara-saudara mereka di tanah utara yang beroleh kebebasan dalam banyak hal
pasca-Perang Sipil Amerika, kaum Negro di selatan harus menerima perlakuan yang
ditetapkan oleh Supreme Court sebagai "terpisah namun sederajat".
Kaum Negro di selatan memang bisa menikmati sejumlah fasilitas yang ada, namun fasilitas mereka terpisah dari orang-orang
kulit putih. Mereka tidak bisa bekerja bersama orang kulit putih, hidup di
lingkungan yang sama, bahkan tidak bisa bersekolah di sekolah yang sama dengan orang-orang
kulit putih.
PERLAWANAN
MENUJU KEADILAN DAN KESETARAAN
Tahun 1955 menjadi
titik mula pergerakan yang dipimpin oleh Dr. King. Pada tanggal 1 Desember
1955, Rosa Parks, seorang penjahit pakaian, menaiki sebuah bus. Kelelahan
akibat berbelanja, Ny. Parks sama sekali tidak mengindahkan seruan pengemudi
bus untuk memberi tempat duduknya pada penumpang berkulit putih.
Akibatnya, Ny.
Parks, yang juga anggota jemaat gereja tempat Dr. King melayani, ditahan karena
dianggap menentang hukum. Ia dipaksa untuk membayar denda sebesar sepuluh dolar
Amerika. Peristiwa inilah yang kemudian menyulut kemarahan kaum Negro. Semua
bus di Montgomery kini berubah menjadi simbol penghinaan, ketidakadilan, dan ketidaksetaraan
Dr. King dan
rekan-rekan sekoleganya melihat peristiwa ini sebagai kesempatan yang sangat
baik untuk bergerak. Ia memanfaatkan gerejanya sebagai pusat pergerakan protes
terhadap ketidakadilan yang selama ini mereka terima.
Meskipun terbakar
oleh rasa kesal, Dr. King tidak serta-merta menyerukan revolusi. Dalam
menjalankan aksi protesnya, Dr. King mengadopsi gaya tokoh besar India,
Mohandas Gandhi yang dikenal juga sebagai Mahatma Gandhi (tokoh asal India yang
juga menginspirasi Lennon). Perjuangan menuntut keadilan dan kesetaraan ini pun
dilakukan dengan jalan damai. Aksi yang mereka gelar meliputi segala tindakan
antikekerasan dan sikap pasif terhadap hukum yang dinilai tidak adil.
Seiring dengan
terpilihnya Dr. King sebagai presiden Montgomery Improvement Association pada 5
Desember 1955, secara resmi pula dia menjadi juru bicara aksi boikot yang
dilancarkan. Ia menyerukan kepada seluruh kaum Negro di Montgomery untuk tidak
lagi menaiki bus. Aksi ini terus berlangsung selama 382 hari. Setiap orang
negro memilih untuk berjalan demi mendapatkan kebebasan dan keadilan.
Pada 28 Agustus
1963, Dr. Martin Luther King, Jr. menyampaikan pidatonya yang monumental. Pada
hari yang cukup cerah itu, di hadapan lebih dari 250.000 orang, seperlimanya
kulit putih, yang berkumpul di Lincoln Memorial, Dr. King membakar semangat orang-orang
yang hadir.
Semula, Dr. King
sudah mempersiapkan pidato pendek yang formal untuk orang-orang Afro-Amerika
dalam rangka mewujudnyatakan kemerdekaan mereka dalam masyarakat yang
terbelenggu oleh diskriminasi. Hanya saja, seruan Mahalia Jackson, seorang
penyanyi gospel membuatnya menyampaikan seruan yang kemudian menjadi pernyataan
hak-hak sipil di Amerika. Pidato monumental tersebut dikenal sebagai "I Have A Dream".
MASUK-KELUAR
PENJARA
Penjara menjadi
bagian dalam kehidupannya. Dr. King dipenjara untuk pertama kalinya pada 1960.
Setelah melakukan aksi duduk di Greenboro, Carolina Utara, Dr. King kembali
melakukan aksi serupa di restoran-restoran di Atlanta. Ia dipenjara selama
empat bulan, namun dibebaskan setelah John Kennedy dan Robert Kennedy
mengintervensi.
Ia kembali dipenjara
pada tanggal 27 Juli 1962 setelah pergerakan di Georgia yang dipimpinnya
menemui kegagalan.
Pernah juga ia ditangkap
bersama Ralph Abernathy karena melakukan demonstrasi tanpa izin. Dan selama
sebelas hari mendekam dalam penjara, ia menulis suratnya yang terkenal dari
balik penjara Birmingham.
Sepanjang hidupnya,
sampai ia meninggal pada 4 April 1968, Dr. King telah dipenjara sebanyak dua
puluh kali dan empat kali mengalami siksaan akibat perjuangannya.
Sepanjang hidupnya, Dr. King tidak pernah berhenti untuk
menyuarakan keadilan dan kesetaraan hak-hak manusia. Meskipun hidupnya harus berakhir
di tangan pembunuh gelap, jerih lelahnya bukannya tidak menghasilkan apa-apa.
Semenjak gerakan pertama pada tahun 1955, ia berhasil memperjuangkan hak-hak
kaum Negro. Dengan kepemimpinannya yang kuat, dibarengi juga dengan kemampuan
berpidato yang belum pernah ada sebelumnya, ia memberi kekuatan bagi banyak
warga Negro yang selama bertahun-tahun menerima ketidakadilan.
Upayanya ini membuka jalan bagi penerapan hukum baru yang jauh
lebih adil. Setidaknya, ada tiga wadah
yang ia gunakan dalam pergerakannya:
1. mimbar gereja, Montgomery
Improvement Association, dan Southern Christian Leadership Conference.
2. Montgomery Improvement Association merupakan organisasi yang
dibentuk oleh warga kulit hitam untuk mengorganisir pemboikotan menyusul
penahanan Rosa Parks.
3. Sedangkan wadah terakhir merupakan organisasi yang dibentuk oleh
Dr. King pada tahun 1957 yang bertujuan mempersiapkan para pemimpin baru bagi gerakan
yang kini tengah berkembang itu. Ia sendiri terpilih menjadi presiden
organisasi tersebut.
Ada banyak
penghargaan yang ia peroleh, termasuk sederet gelar doktor kehormatan yang
diperolehnya dari berbagai tempat. Pada tahun 1963, majalah "TIME"
memilihnya sebagai "Pria Tahun Ini".
Kegigihannya membuat
dirinya tidak hanya secara simbolik menjadi pemimpin kaum kulit hitam Amerika,
tapi juga menjadi figur dunia.
Lalu, berkat usaha
kerasnya yang tentu saja didukung oleh begitu banyak warga kulit hitam lain, Perjanjian
Birmingham akhirnya disepakati pada 10 Mei 1963. Perjanjian tersebut mengakhiri
praktik pengucilan (segregasi) yang selama ini diberlakukan bagi kaum Negro di
toko-toko, sekolah-sekolah, dan restoran-restoran.
Dr. King juga menjadi penerima hadiah Nobel Perdamaian
termuda -- dalam usia 34 tahun. Uang
hadiah yang ia peroleh -- $54.123 -- ia sumbangkan untuk perjuangan persamaan
hak.
DARI
LINGKUNGAN BAPTIS
Pemimpin pergerakan
yang dilahirkan dengan nama Michael Luther King, Jr. ini lahir dan dibesarkan
dalam lingkungan keluarga Baptis.
Kakeknya sudah
menjadi pendeta Baptis di Ebenezer Baptist Church di Atlanta. Demikian pula
dengan ayahnya, Martin Luther King, Sr..
Dr. King sendiri
melayani sebagai pendeta pembantu, menyertai ayahnya sejak 1960 hingga
meninggal pada 1968.
Meski demikian, segenap hidupnya lebih banyak ditujukan bagi perjuangan
persamaan hak sesamanya daripada berkhotbah di balik mimbar. Ia melihat bahwa
panggilannya yang lebih besar adalah menyuarakan hak-hak sesamanya, ketimbang
berkhotbah. Hal ini pulalah yang mungkin menyebabkan dirinya mengundurkan diri
sebagai pendeta penuh di Dexter Avenue Baptist Church di tahun 1959.
AKHIR
HIDUP
Jelang aksi protes
berikutnya guna memperjuangkan hak para pekerja kebersihan kulit hitam di
Memphis, Tennessee, Dr. King harus menemui ajalnya. Sore hari pada tanggal 4
April 1968, ketika berdiri di balkon Lorraine Motel, James Earl Ray
menembaknya, tepat di bagian tenggorokan. Penembakan tersebut terjadi sekitar
pukul 18:01. Ia dinyatakan meninggal di Rumah Sakit St. Joseph pukul 19:05.
Amerika berkabung kehilangan pejuang hak yang gigih ini.
Presiden Lyndon B. Johnson menyerukan hari berkabung nasional untuk mengenang pemimpin
perjuangan hak sipil ini. Untuk
menghormati perjuangannya, setiap hari Senin pada pekan ketiga bulan Januari,
dinyatakan sebagai hari Martin Luther King, Jr.. Hari libur nasional ini
diresmikan pada 2 November 1986.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar