Jumat, 30 Agustus 2013

PENCIPTAAN/Creator - Kejadian 1:1

Kejadian 1:1 PENCIPTAAN
In the beginning God created the heavens and the earth.
1   בְּרֵאשִׁ֖ית  בָּרָ֣א  אֱלֹהִ֑ים  אֵ֥ת  הַשָּׁמַ֖יִם  וְאֵ֥ת  הָאָֽרֶץ׃ 
  bə·rê·šî  bā·rā  ’ĕ·lō·hîm;  ’ê  haš·šā·ma·yim  wə·’ê  hā·’ā·re.

“PADA MULANYA” (בְּרֵאשִׁ֖ית)
Bereshith  adalah judul kitab ini dalam bahasa Ibrani. Kita mendapatkan kata Kejadian dari terjemahan Septuaginta. Ini adalah permulaan dari sejarah namun tidak dari aktifitas Allah (Matius 25:34; Yoh 17:5,25; Ef 1:4; Titus 1:2; II Tim 1:9; I Pet 1:19-20; Wah 13:8).

 “ALLAH” (אֱלֹהִ֑ים)
Elohim adalah suatu bentuk JAMAK dari nama umum Allah di Timur Dekat kuno, El Ketika merujuk pada Allah Israel kata kerjanya biasanya TUNGGAL. Para rabi mengatakan bahwa nama ini berbicara tentang Allah sebagai pencipta, penyedia dan pemelihara dari segenap kehidupan di planet bumi ini (Mazmur 19:1-6; 104). Perhatikan betapa seringnya dunia ini digunakan dalam pasal 1.

Para komentator dispensasional moderen mengatakan bahwa ayat 1 adalah suatu anak kalimat independen supaya mendukung pandangan mereka akan adanya suatu kejatuhan sebelumnya (teori Celah). Perhatikan bahwa tak ada keterangan mengenai asal-usul Allah. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa Allah menciptakan materi dan tidak membentuk dari materi yang sudah ada (kosmologi Yunani). Dalam Enuma Elish, (catatan penciptaan Babilonia), seperti pemikiran Yunani, Roh (yang adalah baik) dan materi (yang adalah jahat) bersifat sama-sama kekal.

Alkitab tidak mendiskusikan asal-usul Allah. Ia telah dan selalu ada (Mazmur 90:2). Sungguh ada misteri di sini. Umat manusia secara sederhana tidak dapat memahami kepenuhan Allah!

Diskusi mengenai anak-anak kalimat ini secara teologis sangat berarti. Lembaga Penerbitan Yahudi Amerika telah menterjemahkan Kejadian 1:1 sebagai suatu anak kalimat sementara, “Ketika Allah mulai menciptakan langit dan bumi—bumi yang masih tidak berbentuk dan kosong…” Terjemahan ini bisa menyimpulkan bahwa Allah dan materi bersifat sama-sama kekal sebagaimana kosmologi Yunani.
Catatan orang Sumerian mengenai penciptaan, Enuma Elish, dimulai dengan “ketika pada mulanya.”

 “MENCIPTAKAN” (בָּרָ֣א)
Bara adalah KATA KERJA Ibrani yang secara eksklusif digunakan untuk aktivitas penciptaan Allah.
Arti dasarnya ialah membentuk dengan memotong. Allah mengendaki segala sesuatu untuk terjadi kecuali DiriNya sendiri. Mazmur 33:6,9; Ibrani 11:3 dan 2 Petrus 3:5 menyajikan penciptaan (kosmologi) oleh firman yang diucapkan Allah (fiat) dari tidak ada (ex nihilo), walaupun air tidak pernah dikatakan diciptakan. (Kejadian 1:2). Falsafah-falsafah Yunani (Gnostik) dan Mesopotamia menekankan suatu dualisme abadi antara “roh’ dan “materi.” Apapun yang diisyaratkan oleh bara ini menonjolkan aktivitas dan maksud Allah!
Alkitab menyatakan bahwa penciptaan memiliki suatu titik awal. Ilmu Pengetahuan abad dua puluh satu akan mengkarakterisasikan hal ini sebagai “big bang.” Naturalisme sekarang dapat menyatakan suatu regresi tak terbatas kembali ke masa lalu. Namun demikian, mungkin saja Kejadian 1 menunjuk pada permulaan dari suatu bumi yang berfungsi, bukan permulaan jasmaniah dari materi (John H. Walton, Dunia yang Hilang dalam Kejadian Satu).
Ini menunjukan keilahian dan kemahakuasaan Allah yang tidak ada diliteratur apapun yang ada didunia.

 “LANGIT” (הַשָּׁמַ֖יִם)
Kata “langit” bisa dipakai dalam beberapa pengertian:
1.   Menunjuk pada atmosfir dari bumi sebagaimana dalam ay 8 dan 20;
2.   Bisa menunjuk pada keseluruhan semesta (yaitu seluruh materi yang ada); atau
3.   Ini bisa menunjuk pada penciptaan dari segala hal yang nampak (materi) dan tidak nampak (malaikat, surga sebagai tahta Allah).

Jika pilihan tiga benar, maka sebuah paralel adalah Kolose 1:16. Jika tidak, maka Kejadian 1 hanya berfokus pada penciptaan planet ini. Alkitab menekankan suatu sudut pandang geosentris (yaitu penciptaan dilihat sebagai apa yang diamati seorang penonton di planet ini). Beberapa akan menyatakan bahwa Kejadian 1 mengurusi penciptaan alam semesta (yaitu matahari, bulan, bintang, dan galaksi-galaksi, sementara Kejadian 2-3 berfokus pada planet ini dan penciptaan manusia. Ini tentu bisa saja karena pasal 2-4 membentuk suatu unit sastra. Dalam keduanya (yaitu Kejadian 1 dan 2-4) penciptaan bersifat geosentristik. (berfokus pada bumi).

 “BUMI” (הָאָֽרֶץ׃)
Kata ini  dapat menunjuk pada suatu tanah tertentu, negara, atau keseluruhan planet.
Kejadian 1 diakui sebagai geosentris (ayat 15). Ini cocok dengan maksud teologis dari pasal ini, bukan ilmu pengetahuan.
Ingat bahwa Alkitab ditulis dalam bahasa penjelasan bagi maksud-maksud teologis. Ini bukan antiilmiah, namun pra-ilmiah.


Selamat menikmati pewahyuan Ilahi ini.

Bekasi, 30 Agustus 2013.



Karyadim642.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar