Guyonan ini dilontarkan Gus Dur untuk menyindir pemerintah
Orde Baru. Kisah ini tentang sayembara menebak usia mumi di Giza, mesir.
Puluhan negara diundang oleh pemerintah Mesir, dan sebagian besar mengirimkan
jagonya.
Amerika Serikat, misalnya, mengirimkan tim ahli
paleo-antropologi-nya yang terbaik. Begitu pula Jerman, Prancis, Jepang, RRC,
Inggris, dan lain-lain. Pemerintah Indonesia lain dari yang lain, hanya
mengirim seorang Komandan Kodim (Dandim).
Tim Prancis tampil pertama kali, membawa peralatan mutakhir,
ukur sana ukur sini, catat ini dan itu, lalu dua jam kemudian menyerah tanpa
hasil. Pakar Amerika perlu waktu lebih lama, tapi taksirannya keliru. Tim
Jerman menyatakan usia mumi itu tiga ribu dua ratus tahun lebih sedikit, tapi
salah. Ahli dari Jepang menyebut angka yang hampir sama, setelah meneliti
selama tiga jam.
Giliran peserta dari Indonesia maju. Pak Dandim kita ini
bertanya pada panitia, bolehkah dia memeriksa mumi itu di ruang tertutup.
"Oh, tentu saja boleh, silakan," jawab panitia.
Lima belas menit kemudian, dengan tubuh berkeringat Pak Dandim
keluar dan mengumumkan temuannya kepada tim juri.
"Usia mumi ini lima ribu seratus dua puluh empat tahun
tiga bulan dan tujuh hari," katanya dengan lancar, tanpa keraguan sedikit
pun.
Ketua dan seluruh anggota tim juri terbelalak dan saling
berpandangan, heran dan kagum. Jawaban itu tepat sekali. "Bagaimana
mungkin pakar dari Indonesia ini mampu menebak dengan tepat dalam waktu
sesingkat itu?," ucap salah seorang tim juri, heran.
Hadiah pun diberikan. Ucapan selamat mengalir dari para
peserta, pemerintah Mesir, perwakilan negara-negara asing dan sebagainya. Pak
Dubes dan seluruh staf KBRI bangga bukan kepalang.
Menjelang kembali ke Indonesia, Pak Dandim dikerumuni wartawan
dalam dan luar negeri di lobi hotel.
"Anda luar biasa," kata mereka. "Bagaimana cara
Anda mengetahui dengan persis usia mumi itu?"
Pak Dandim menjawab dengan ekspresif dan singkat, "saya
gebuki, eh ngaku dia."
Itulah Gus Dur , terkadang untuk mengkritik pemerintah tidak
melulu pakai diplomasi yang serius, tapi cukup dengan guyonan-guyonan menohok.
Humor menjadi salah satu ciri khas mantan presiden RI keempat ini, yang
sekarang mulai dirindukan pengagumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar