karyadim642.blogspot.com |
"...Orang bilang Knowledge is Power, menurut kami yang
tepat adalah Knowledge, Without Correct Habits, is Powerless..."
Prof. Roy Sembel
Ketika saya lulus SMA, saya mendapat STTB (Surat Tanda Tamat
Belajar). Setelah saya renungkan, aneh juga ya. Itu berarti belajar saya sudah
tamat alias selesai. Dengan demikian, saya tak perlu belajar lagi. Padahal,
belajar adalah suatu proses yang seharusnya berlangsung seumur hidup. Dalam
kerangka pikir WISDOM, belajar adalah bagian dari huruf D, yaitu Didik.
Berbicara tentang kata "didik", banyak orang
mengasosiasikannya dengan pendidikan formal. Padahal, didik yang dimaksudkan di
sini adalah pembelajaran dalam arti luas. Pembelajaran dapat dilakukan melalui
sekolah formal (SD, SMP, SMU, sekolah kejuruan, perguruan tinggi, dsb),
membaca buku, menyaksikan/mendengarkan talk show, mengikuti seminar, pelatihan,
learning by doing, belajar dari pengalaman orang lain, mentorship, belajar
lewat mengajar, dll.
Selain itu, banyak orang sering salah kaprah mengartikan
pendidikan sebagai usaha untuk meningkatkan kecerdasan inteligensia (IQ) atau
bahkan sekadar mengumpulkan pengetahuan. Pasalnya, pepatah berkata: Knowledge
is power (pengetahuan adalah kekuasaan). Padahal telah banyak bukti menyatakan
bahwa kesuksesan seseorang hanya sekitar 10% tergantung dari pengetahuan dan
kecerdasan analitis (IQ). Sebagian besar (90%) faktor penentu sukses justru hal
yang berhubungan dengan motivasi dan perilaku. Untuk itu dibutuhkan kecerdasan
lain, misalnya kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan kreativitas (CQ), dan
kecerdasan spiritual (SQ). Jadi, pepatah Knowledge is Power! perlu diubah
menjadi Knowledge, without correct habits, is powerless!
Tindakan yang Anda lakukan akan membentuk kebiasaan. Kebiasaan
akan membangun karakter. Karakter Anda akan menentukan nasib Anda. Agar
pembelajaran menjadi relevan untuk mendukung kesuksesan, diperlukan
pembelajaran yang bersifat holistik. Pendekatan tradisional perlu diperbaiki
sehingga mencakup peningkatan CQ, EQ, dan SQ. IQ berhubungan dengan hardskills
atau ketrampilan teknis. Sementara itu, CQ, EQ, dan SQ berhubungan dengan
softskills. Softskills mencakup intrapersonal skills, interpersonal skills, dan
extrapersonal skills, serta ultrapersonal skills.
Intrapersonal skills adalah ketrampilan untuk mengelola diri
pribadi. Komponen dari intrapersonal skills di antaranya ketrampilan untuk
manajemen waktu, manajemen stres, manajemen perubahan, berpikir kreatif, dan
menetapkan tujuan. Interpersonal skills adalah ketrampilan yang berkaitan
dengan hubungan antar manusia. Komponen dari interpersonal skills di antaranya
ketrampilan untuk berkomunikasi, membangun hubungan, memotivasi, memimpin, memasarkan
diri, bernegosiasi, melakukan presentasi, dan berbicara di depan publik.
Sementara itu extrapersonal skills berkaitan dengan hubungan manusia dengan
lingkungan hidup. Keharmonisan hubungan manusia dengan lingkungan hidup akan
menunjang kesuksesan yang berkelanjutan. Last but not least, ultrapersonal
skills adalah ketrampilan mengelola hubungan pribadi dengan Tuhan Yang
Mahakuasa. Mau sukses? Ayo terus belajar!
Penulis adalah Guru Besar di Fakultas Ekonomi UKI Jakarta,
Academic Expert Advisor Universitas Ciputra Surabaya, Komisaris Independen Bank
Niaga, dan Majelis/Guru Sekolah Minggu di GKT Mega Mal
Dalam rangkaian artikel sebelumnya, kita telah membahas uraian
4 huruf pertama dari WISDOM. Artikel kali ini membahas huruf ke-5, yaitu O
(Otak/Otot). Kebiasaan untuk bekerja lebih keras (Otot) dan cerdas (Otak), bila
konsisten dilakukan terus menerus akan membedakan antara orang yang nasibnya
biasa-biasa saja seperti kebanyakan orang lain dan orang yang pencapaiannya
luar biasa. Tiap orang dianugerahi modal yang sama setiap harinya, yaitu 24 jam
atau 1.440 menit atau 86.400 detik. Pertanyaannya, sudahkan Anda menggunakan
modal tersebut dengan baik? Kuncinya adalah kerja (lebih) keras dan (lebih)
cerdas!
MENCIPTAKAN WAKTU EKSTRA
Kebanyakan orang bekerja 8 jam sehari (dari pukul 08.00–17.00,
termasuk jeda makan siang sekitar 1 jam) selama 5 hari dalam seminggu. Bila
Anda bekerja sedikit lebih keras, misalnya dengan datang 30 menit lebih awal,
pukul 07.30 dan pulang 30 menit lebih lambat (17.30), Anda memperoleh 1 jam
ekstra kerja setiap hari. Hasilnya, Anda akan memperoleh tambahan jam kerja
sekitar 22 jam setiap bulannya atau sekitar 264 jam setiap tahunnya. Tambahan
jam kerja sebanyak 264 jam tiap tahunnya setara dengan tambahan hari kerja
sebanyak 33 hari atau 6-7 minggu kerja, atau 1,5–2 bulan kerja. Tentu saja ada
jauh lebih banyak pekerjaan yang bisa Anda selesaikan dengan tambahan 33 hari
kerja per tahun. Hebatnya, tambahan 33 hari kerja itu Anda peroleh tanpa
mengurangi jumlah hari libur Anda!
PENTING ATAU GENTING: DOING WHAT MATTER
Itu baru kerja kerasnya. Lalu bagaimana dengan kerja
cerdasnya? Anda bekerja lebih cerdas bila Anda bisa menghasilkan lebih banyak
dalam waktu yang sama atau bahkan kurang. Bagaimana caranya? Tipsnya
sebenarnya juga sederhana. Kuncinya adalah gunakan waktu Anda untuk aktivitas
yang membawa dampak besar terhadap pencapaian tujuan yang telah Anda tetapkan.
Untuk membantu Anda memanfaatkan waktu sebaik mungkin,
gunakan metode sederhana yang telah banyak diketahui orang namun jarang
dipraktikkan. Ambil secarik kertas, bagi menjadi empat kotak menurut kombinasi
Penting vs Tidak Penting, dan Genting vs Tidak Genting (lihat tabel).
Buat daftar kegiatan Anda sehari-hari. Evaluasi kegiatan Anda
dan tempatkan setiap kegiatan itu ke dalam salah satu kotak di Gambar 1.
Kegiatan dikatakan penting bila memiliki dampak besar membantu pencapaian
tujuan Anda. Bila tidak, kegiatan itu tidak penting. Kegiatan dikatakan genting
atau mendesak bila harus segera dilakukan misalnya karena deadline-nya telah
dekat atau karena kondisi lain yang dapat memaksa kita harus segera bertindak.
Kegiatan yang genting belum tentu penting. Kebanyakan orang
mengisi waktunya dengan aktivitas yang genting atau mendesak, tanpa sempat
menilai apakah kegiatan itu penting. Mereka diburu-buru kegiatan-kegiatan yang
genting karena disuruh si Bos, diminta kolega, dituntut oleh kerabat, dikejar
salesman produk yang aneh-aneh, dll.
Kehidupan yang penuh dengan kegiatan genting sangatlah
melelahkan. Pada akhir hari, Anda kehabisan energi dan semangat. Besok masih
menunggu banyak aktivitas genting lagi. Begitu seterusnya rutinitas kehidupan
kebanyakan orang. Akibatnya, waktu berlalu cepat tanpa membawa hasil memadai. Ujung-ujungnya
lesu, lelah, letih, lemah, hilang energi, dan akhirnya frustrasi!
Dengan bekerja lebih keras dan lebih cerdas, di bawah pimpinan
hikmat Tuhan, kita akan mampu meraih tujuan hidup sesuai kehendak-Nya. Salam
WISDOM!
Prof. DR. Roy Sembel
Penulis adalah Guru Besar di Fakultas Ekonomi UKI Jakarta,
Academic Expert Advisor Universitas Ciputra Surabaya, Komisaris Independen Bank
Niaga, dan Majelis/Guru Sekolah Minggu di GKT Mega MalFinancial Expert
Tidak ada komentar:
Posting Komentar